Berita Trenggalek
Indahnya Warna-warni Chameleon Warga Trenggalek, Seindah Harganya yang Capai Puluhan Juta Rupiah
Warga Sidomulyo Regency, Kecamatan Trenggalek tersebut yakin kecintaanya terhadap binatang melata bisa mendatangkan pundi-pundi rupiah.
Penulis: Sofyan Candra Arif Sakti | Editor: Ficca Ayu
TRIBUNMADURA.COM, TRENGGALEK - Hobi yang menghasilkan uang menjadi motivasi Yanuar Imsyaka Sabih (30) untuk mendalami dunia reptil.
Warga Sidomulyo Regency, Kecamatan Trenggalek tersebut yakin kecintaanya terhadap binatang melata bisa mendatangkan pundi-pundi rupiah.
Yanuar bercerita dirinya pernah memelihara iguana, bearded dragon, hingga pada dua tahun terakhir ini, Saka menetapkan pilihannya untuk memelihara chameleon atau bunglon Madagaskar.
"Kalau dibilang hobi ya hobi, kalau dibilang bisnis ya binis," kata pria yang akrab disapa Saka ini, Minggu (7/5/2023).
Keseharian lulusan Ilmu Hukum, Universitas Kadiri, Kediri ini memang dihabiskan untuk merawat puluhan ekor chameleonnya.
Baca juga: Kunci Jawaban Bahasa Inggris Kelas 8 Halaman 46 Observing Asking Questions: They are on The Phone
Menurutnya, bisnis di dunia bunglon lebih nyaman baginya daripada harus memaksa bekerja sesuai dengan ijazah yang ia miliki.
"Istri saya sangat mendukung, karena selain warnanya (chameleon) menarik, perawatannya juga mudah, dan yang jelas menghasilkan cuan," lanjutnya.
Saka menjual chameleonnya dengan harga yang bervariasi mulai dari anakan, Rp 600 ribu hingga yang paling tinggi ia pernah menjual seharga Rp 15 juta perekor.
"Yang harga Rp 15 juta itu dibeli orang Surabaya, jenisnya Chameleon Capteast jantan," ucap Saka.
Pelanggan tersebut sebenarnya pernah berminat untuk membeli chameleon jenis lain yaitu Ampitabi jantan dengan harga mencapai Rp 25 juta.
Namun Saka tidak melepasnya karena akan digunakan untuk pejantan. Sayangnya beberapa hari kemudian chameleon tersebut justru mati.
"Harga chameleon ini tergantung oleh warnanya bukan ukurannya, semakin langka warnanya maka semakin mahal. Biasanya dipengaruhi locality atau ke-khasan di daerah asalnya sana," terangnya.
Baca juga: Chord dan Kunci Gitar Hidup Tanpamu Keisya Levronka: Terlalu Sulit untuk Kita Bisa Bersama
Saka sendiri mendapatkan chameleon melalui dua cara. Yang pertama adalah impor dari Madagaskar, Afrika. Lalu yang kedua adalah breeding atau mengawinkan bunglon yang dimilikinya.
Untuk cara yang pertama, Saka harus menunggu terlebih dahulu ketersediaan bunglon di tempat langganannya beli, dalam satu tahun, ia hanya dua kali impor.
"Kalau belum ada ya tidak bisa beli walaupun stok chameleon saya menipis. Biasanya kalau sudah ada, saya beli satu paket dengan harga Rp 50 juta sudah bersih sampai rumah," ucap Saka.
Dalam satu paket tersebut berisi lebih kurang 20 ekor chameleon dengan berbagai jenis dan warna. Saka tidak bisa memilih satu persatu bunglon yang akan dikirimkan ke dirinya.
"Karena kalau dari sana, semua chameleon sama saja, kalau beruntung bisa dapat yang bagus dan langka. Jadi yang menentukan bagus atau tidak, mahal atau murah itu orang-orang di sini," kata Saka.
Baca juga: Ulah Neymar di Medsos Soal Postingan Tentang Kylian Mbappe, Like Postingan Hingga Beri Isyarat
Lebih lanjut, untuk cara yang kedua yaitu breeding. Saka akan melihat chameleon dewasa yang sudah siap kawin.
Untuk jantan, chameleon yang siap kawin ditandai dengan warna di sekujur tubuhnya yang semakin terang. Sedangkan chameleon betina akan ditandai dengan tubuh terutama di bagian perut yang berwarna merah muda.
Jika sudah menunjukkan tanda-tanda tersebut, kedua chameleon akan diletakkan dalam satu kandang selama 1-5 hari yang kemudian akan dipisahkan dan tinggal menunggu sang betina bertelur.
"Satu kali bertelur bisa 25-30 telur. Telurnya kita ambil lalu kita pindahkan ke dalam inkubator dingin sesuai dengan habitatnya di sana di pegunungan," jelas Saka.
Layaknya manusia hamil, inkubasi telur bunglon Afrika ini membutuhkan waktu 9 bulan hingga akhirnya menetas sebelum akhirnya dipindahkan ke kandang yang sudah didesain sedemikian rupa oleh Saka.
"Dua tahun ini saya sudah berhasil breeding 200an ekor chameleon," tambahnya.
Kandang dari Chameleon sendiri harus teduh dan sejuk. Untuk itu, Saka memasukkan tanaman ke dalam kandang bunglonnya untuk mengatur suhu dan sebagai tempat bersembunyi.
"Suhu maksimalnya 31 derajat Celcius, dan harus ada tempat rimbun untuk bersembunyi. Selain itu tumbuhannya harus tidak bergetah dan berduri, yang aman itu tumbuhan Walisongo, atau Sirih Gading," terang Saka.
Baca juga: AS Roma Vs Inter Milan, Cobaan Berat Giallorossi Tanpa Kehadiran Jose Mourinho
Walaupun suka suhu yang sejuk, setiap pagi Saka tetap harus memastikan bunglonnya mendapatkan sinar matahari yang cukup untuk menjaga kecerahan warna dari peliharaannya.
"Saya juga semprot tanaman-tanamannya untuk minum chameleonnya. Mereka tidak bisa minum langsung di wadah, bisanya ambil air yang menempel di daun-daun," ujarnya.
Pelanggan Saka sendiri semua berasal dari luar luar Trenggalek, mulai dari Malang, Surabaya, Jabodetabek, hingga terjauh ia pernah mengirim ke Lampung.
Menurut Saka, reptil termasuk binatang yang aman untuk dikirim jarak jauh karena bisa tidak makan berhari-hari.
"Di rumah pun, saya kasih makan jangkrik 1-2 kali per pekan. Jadi gampang sekali merawatnya, tidak seperti ternak kambing yang harus setiap hari mencari rumput," ucap Saka.
Sedangkan untuk anakan bunglon, Saka memberi makan anakan jangkrik yang juga ia kembang biakkan sendiri.
Saka sendiri optimis, bisnisnya tersebut bisa berkelanjutan mengingat permintaan yang tinggi dan kolektor chameleon yang terus bermunculan.
"Selain itu breeder (peternak) dan importir chameleon ini juga belum banyak," pungkasnya.
Baca Berita Madura lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com
TribunMadura.com
Yanuar Imsyaka Sabih
Kecamatan Trenggalek
iguana
Tribun Madura
Universitas Kadiri
chameleon
madura.tribunnews.com
Sejumlah SD di Trenggalek Kekurangan Murid, Dinas Pendidikan: Secara Umum Berkurang |
![]() |
---|
SD Negeri di Trenggalek Hanya Dapat 2 Murid di Hari Pertama Sekolah, Kepsek: Maklum |
![]() |
---|
Nelayan Trenggalek Kaget dan Bingung, Pulau di Dalam Teluk Prigi Masuk Kabupaten Tulungagung |
![]() |
---|
Puluhan SD Negeri di Trenggalek Tak Laku dan Sulit Dapat Murid, Ada yang Tak Dapat Murid Baru |
![]() |
---|
Empat Hari Hilang, Korban Tenggelam di Pantai Konang Trenggalek Ditemukan Meninggal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.