Berita Pamekasan

Guru yang Dimutasi Ungkap Perlakuan Kepala Sekolah MAN 1 Pamekasan saat Protes soal Toilet Berbayar

Terungkap perlakuan Kepala Sekolah MAN 1 Pamekasan kepada guru yang dimutasi saat dikomplain soal toilet berbayar.

Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Januar
TribunJatim.com/ Kuswanto Ferdian
Sosok Mohammad Arif, mantan guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kabupaten Pamekasan, Madura saat diwawancarai di Kantor Kemenag Pamekasan usai diperiksa Itjen Kemenag RI 

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Kuswanto Ferdian

TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Terungkap perlakuan Kepala Sekolah MAN 1 Pamekasan kepada guru yang dimutasi saat dikomplain soal toilet berbayar.

Mohammad Arif, mantan guru Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Kabupaten Pamekasan, Madura membeberkan lamanya penarikan uang masuk toilet dan kamar mandi sekolah berbayar Rp 500 rupiah.

Guru yang diduga dimutasi setelah protes aturan masuk toilet dan kamar mandi sekolah MAN 1 Pamekasan tersebut kini menjadi pembicaraan hangat di kalangan masyarakat setempat.

Seingat Guru yang akrab disapa Pak Arif ini, penarikan uang masuk toilet dan kamar mandi sekolah berbayar Rp 500 rupiah di MAN 1 Pamekasan itu dimulai antara tahun 2018 atau awal tahun 2019.

Namun, perihal lamanya aturan itu diterapkan ia mengaku tidak tahu.

"Karena awal aturan itu diterapkan tidak ada pemberitahuan, berakhirnya juga tidak ada pemberitahuan," kata Arif, Jumat (29/9/2023).

Baca juga: Niat Mulia Kepsek MAN 1 Pamekasan di Balik Aturan Toilet Berbayar: Ingin Anak Didik Soleh Solehah

Mantan Guru Bahasa Indonesia MAN 1 Pamekasan in juga menceritakan, sejak tahun 2005 dirinya mulai mengajar di MAN 1 Pamekasan.

Terhitung, kepemimpinan empat kepala sekolah sebelumnya, dirinya tidak pernah berkonflik atau berpolemik.

Hanya saja, saat masuknya kepala sekolah baru yang dipimpin No'man Afandi, dirinya mulai berpolemik sering beda pandangan pendapat.

"Cuma baru dengan pak No'man itu, tapi bukan konflik hanya perbedaan pandangan saja tentang keputusan aturan berbayar masuk toilet siswa itu. Kalau dengan kepala sekolah sebelumnya baik - baik saja, ketika saya usul ada pembuktian," ungkap Arif.

Bahkan Arif merasa sikap Kepala Sekolah MAN 1 Pamekasan terhadap dirinya kurang bersahabat usai memprotes aturan tersebut.

"Kurang bersahabatnya ketika rapat tidak mau menanggapi," bebernya.

Arif juga mengklaim dirinya dimutasi ke sekolah lain bukan karena menolak kebijakan aturan toilet yang berbayar Rp 500 rupiah.

Namun ia menduga, dimutasinya dirinya tersebut juga berkaitan dengan polemik setelah memprotes aturan tersebut.

"Sikap kepala sekolah waktu itu ketika saya bertanya, pak kepala sekolah raut wajahnya seperti marah, marahnya itu karena saya bertanya soal kenapa masuk toilet siswa harus berbayar Rp 500 rupiah itu, saya minta waktu itu aturan tersebut segera diberhentikan," sarannya.

Arif juga mengaku tidak tahu perihal aturan mutasi yang diajukan oleh MAN 1 Pamekasan.

Alasannya, karena tidak pernah membaca aturan mutasi tersebut.

Sampai hari ini, ia tidak tahu alasan apa dirinya dimutasi.

Seingat Arif, surat keputusan (SK) mutasi ke sekolah lain yang diterimanya tersebut datang dadakan setelah pulang dari umrah.

"Oleh Kasi Pendma Kemenag Pamekasan dikasih SK itu, belum ada pemberitahuan sebelumnya. Mungkin atas pembicaraan pak No'man dengan orang - orang pimpinan sehingga terbitlah SK itu sehingga saya dimutasi, ada kecurigaan saja mengenai saya dimutasi perihal memprotes aturan masuk toilet sekolah berbayar itu," duganya

 

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved