Berita Viral
Penampakan Mirip Awan Selimuti Depok, DLHK Gercep Selidiki Sumber: Peralihan Musim Kemarau ke Hujan
Kumpulan awan tampak menyelubungi daratan di Depok. Dari mana asal ‘awan-awan’ tersebut? DLHK pun gercep menyelidiki sumber awan itu.
Penulis: Olga Mardianita Afifa | Editor: Mardianita Olga
TRIBUNMADURA.COM - Belakangan ini beredar video menyoroti penampakan mirip awan yang menyelimuti Depok, Jawa Barat.
Video itu pun menarik atensi publik hingga akhirnya viral di media sosial.
Hal itu tak mengherankan. Pasalnya, penampakan mirip awan itu terlihat telah menyebar luas.
Tak ayal, ‘awan’ tersebut hampir setinggi pohon pisang yang tampak dalam video.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan setempat pun gercep menyelidiki fenomena mengejutkan itu.
Ternyata, dugaan penyebab awan itu berhubungan dengan peralihan musim kemarau ke musim hujan.
Namun, apakah awan itu memang 'awan'?
Baca juga: Viral Proyek Pemko Malah Jadi Petaka saat Hujan, Banyak Motor Jatuh Gegara Jalan Berkeramik, ‘Licin’
Video penampakan mirip awan di Depok itu ramai diperbincangkan di media sosial X (sebelumnya Twitter).
Unggahan itu disebar di akun @tanyarlfes, Selasa (28/11/2023), dan dilihat lebih dari 700 ribu kali.
Dalam video tersebut, gumpalan putih tampak menyelubungi jalanan di sekitar rumah warga.
Sekilas, gumpalan itu tampak berjalan.
Usut punya usut, penampakan yang dikira awan itu ternyata limbah busa.
Limbah busa itu menutupi permukaan Kali Baru Curug, RT 04/RW 01, Kelurahan Tugu, Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat.
Menurut warga, limbah busa itu sudah mulai tampak sejak Senin (27/11/2023) pukul 16.00 WIB.
Namun, busa putih ini awalnya terlihat samar.
Namun, busa itu semakin lama kian menebal hingga menutup dinding luar sebuah rumah di dekat kali.
"Baunya ya menusuk, bukan yang wangi deterjen," kata warga setempat Triasih (55), dikutip dari Kompas.com, Selasa (28/11/2023).
Baca juga: Penampakan Harimau Tertangkap Video Amatir Hebohkan Warga di Gunung Lawu, Harimau Jawa Belum Punah?
Dia mengatakan, gumpalan busa putih itu sudah hilang pada Senin (27/11/2023) pukul 20.30 WIB.
"Tadi malam itu sekitar jam sembilan sudah bersihlah, kan ada Damkar juga bantuin siram," tuturnya.
Kepala DLHK Kota Depok Abdul Rahman mengatakan pihaknya sedang menyelidiki sumber busa tersebut.
Abdul menduga, penyebab limbah busa muncul di permukaan Kali Baru Curug itu berasal dari limbah warga.
Limbah tersebut didapat dari deterjen yang digunakan warga dan naik ke permukaan karena peningkatan debit air kali.
"Memang peralihan dari musim kemarau ke hujan ini kan akumulasi dari limbah domestik, ya. Limbah domestik itu paling banyaknya deterjen, kemudian aliran besar sehingga itu kan teraduk," kata dia, Selasa.
Pihaknya juga mengaku akan melakukan pengecekan AMDAL perusahaan di sekitar lokasi.
"Memang di sekitar situ ada juga perusahaan-perusahaan dan hari ini kita bagi tim. Ada yang susur badan sungai dan ada yang ke sumber-sumber (pabrik) itu," kata dia.
Adapun tim yang diterjunkan terdiri dari Tim termasuk Damkar, Pol PP dan pemerintah setempat.
"Beberapa tim ada yang susur sungai dan ada yang menelusuri kemungkinan (asal limbah) dari perusahaan tersebut. Kan kita punya catatan, laporan triwulan dan semesteran dari mereka. Nah itu kita jadikan dasar juga," tandas Abdul.
Baca juga: Ini Penampakan Arus Lalu Lintas Jalan Gunungsari Surabaya, tak Lagi Macet dan Sudah Canggih

Warga pun sudah kembali beraktivitas normal.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, Selasa 09.32 WIB, limbah busa itu sudah tidak ada di permukaan kali.
Warga setempat juga sudah kembali ke aktivitas seperti biasa di tepi kali.
Ada yang bermain catur, bahkan ada yang sedang memancing ikan.
Tak hanya 'awan' di Depok, sungai merah juga terjadi di Pamekasan, Madura.
Fenomena sungai menjadi merah ini terjadi di sepanjang aliran Kali Semajid yang berubah warna menjadi merah darah, Senin (10/7/2023).
Pantauan di lokasi, kondisi air di aliran anak Sungai Kali Semajid itu terpantau berubah warna merah pekat yang terindikasi pencemaran dari limbah.
Camat Pamekasan, Rahmat Kurniadi Suroso mengatakan, saat mendapat laporan adanya fenomena aliran air sungai Kali Semajid yang berubah warna merah darah ini langsung mengecek ke lokasi bersama Forkopimcam.
Sementara ini ia mengaku masih menelusuri penyebab berubahnya warna air sungai tersebut.
"Informasi awal yang kami terima berubahnya warna air sungai ini ada kaitannya dengan kegiatan di hulu atau di wilayah sekitar sungai," kata Rahmat Kurniadi Suroso.
Setelah diselidiki, perubahan warna pada sungai itu merupakan ulah karyawan toko tekstil.
Dia adalah M, karyawan salah satu toko di Desa Klampar, Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan Madura
Perempuan berusia 29 tahun ini bekerja di salah satu toko di desa setempat yang menjual berbagai jenis bubuk pewarna tekstil.
Berdasarkan penyelidikan Polres Pamekasan, ulah M yang membuat warna sungai dari hulu Dam Klampar hingga ke hilir sungai Kota Pamekasan berubah warna merah pekat.
M diduga sengaja membuang bubuk pewarna tekstil kain batik berjenis Remasol itu ke Dam Klampar.
Kasi Humas Polres Pamekasan, IPTU Sri Sugiarto mengatakan, alasan M membuang bubuk pewarna kain batik Remasol ke Dam Klampar ini karena kedaluwarsa.
Baca juga: Polres Pamekasan Periksa 6 Perajin Batik untuk Dimintai Keterangan Perihal Berubah Warna Air Sungai

Penuturan dia, terungkapnya masalah ini berawal dari ditemukannya bungkusan plastik dalam ember yang masih terdapat sisa bubuk Remasol di sekitar Dam Klampar.
"Lalu kami selidiki. Hasil penyelidikan diketahui ada yang membuang bubuk pewarna kain batik itu ke sungai Klampar," kata IPTU Sri Sugiarto, Kamis (13/7/2023).
Sementara ini, mantan Kapolsek Palengaan itu menunggu hasil uji laboratorium mengenai kandungan zat apa yang mencemari air sungai yang berubah warna tersebut.
Alasannya hasil laboratorium ini yang bisa menentukan status masuk pencemaran lingkuan atau tidak.
Sehingga Polres Pamekasan bisa mengambil langkah untuk menetapkan tersangka.
“Pengembangan masih terus kami lakukan untuk mendalami masalah ini. Kami juga menunggu hasil lab," tutupnya.
Sebab itu, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pamekasan, Madura, mengajak warga setempat untuk berpartisipasi menjaga lingkungan agar tetap bersih.
Salah satunya dengan tidak membuang limbah apapun ke alirab sungai.
Sebab, hal itu akan mencemari lingkungan.
Baca juga: Nikita Mirzani Divonis Bebas Soal Kasus Pencemaran Nama Baik, Ini Alasan Dito Mahendra Terus Mangkir
"Untuk kandungan air yang tercemar itu kami masih menunggu hasil uji lab, sementara petugas gabungan menemukan kemasan pewarna batik yang diduga sengaja dibakar di tepi waduk Klampar, bahkan ada sebagian kemasan yang dibuang ke sungai," bebernya.
Supriyanto juga berharap agar warga yang ada di sekitar sungai tidak menggunakan air hingga hasil uji labboratorium keluar, seperti untuk kepentingan rumah tangga.
Ia khawatir air tersebut mengandung zat yang membahayakan bagi pengguna.
"Saya imbau masyarakat hentikan dulu sementara menggunakan air yang tercampur dengan bahan pewarna batik itu, khawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan," pesannya.
----
Berita Madura dan berita viral lainnya.
Informasi berita menarik lainnya di Google News TribunMadura.com
penampakan mirip awan
Depok
Jawa Barat
limbah busa
peralihan musim
viral di media sosial
TribunMadura.com
Tribun Madura
berita viral
Dinas Lingkungan Hidup
Sudah Dirudapaksa, Wanita Ngadu ke Polisi Malah Laporannya Dihentikan: Katanya Bukan Pemerkosaan |
![]() |
---|
Warga Ngeluh Rajin Bayar Pajak tapi Jalan Rusak 18 Tahun Tak Diperbaiki Pemkab, Berakhir Urunan |
![]() |
---|
Viral ‘Stop Tot Tot Wuk Wuk’, Panglima TNI Ternyata Juga Terganggu dengan Sirene, Polisi Kini Larang |
![]() |
---|
Wizrah Cemas Anak Buahnya Chat Ketakutan Dibonceng Nasabah, Esoknya Hilang lalu Ditemukan Tewas |
![]() |
---|
Pantas Briptu Rizka Tak Lapor Suami Hilang lalu Ditemukan Tewas, Kini Tersangka, Kuasa Hukum Janggal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.