Berita Terkini

Malam Natal Berubah Nestapa, 2600 Orang Keracunan Massal: Lebih Menyakitkan dari Melahirkan

Malam Natal mendadak berubah jadi nestapa. Ribuan orang seketika keracunan massal.

Editor: Januar
Istimewa/ Bangkapos
Ilustrasi berita keracunan massal saat Malam Natal 

Ratusan warga mengalami keracunan dengan gejala yang dirasakan mual, muntah dan diare.

"Keesokannya (usai tahlilan) mereka baru merasakan muntah-muntah dan diare," ujarnya.

Melihat kondisi tersebut, total 121 warga terus berdatang secara bergantian ke puskesmas dan klinik di wilayah itu.

Karena banyaknya korban, mereka kemudian dilarikan atau dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Leuwiliang untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Hingga malam ini, sebanyak 60 warga masih dalam penanganan medis dan sisanya kini sudah membaik atau sudah dipulangkan.

"121 warga yang mengalami keracunan itu, yakni 60 jiwa masih dalam penanganan medis dan 61 jiwa sudah dapat dipulangkan," ungkapnya.

Adam menambahkan, korban terdampak masih bertambah dan beberapa masih menunggu hasil laboratorium dari pihak puskesmas.


BPBD melakukan tindakan sesuai standar operasional prosedur (SOP) kebencanaan dengan cara evakuasi korban.

"Kebutuhan dasar berupa veltbed dan tabung oksigen beserta regulator," jelasnya.

 

Sementara itu, Camat Leuwisadeng Rudi Mulyana mengungkapkan bahwa kasus keracunan massal ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) karena ada 121 mengalami keracunan secara bersamaan.

"Awalnya kami menerima laporan warga ada yang mengalami keracunan pada Senin pagi, kemudian dilakukan investigasi dan pendataan dengan hasil 121 warga merasakan mual, muntah, dan diare," ujar Rudi.

Saat ini, Pemerintah Kecamatan Leuwisadeng sedang melakukan pelacakan dan pengecekan untuk mengetahui penyebab keracunan massal itu.

Petugas medis dari puskesmas setempat dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) pun dilibatkan.

Sedangkan pengambilan sampel makanan untuk dilakukan pengecekan atau pemeriksaan di Labkesda.

"Dan menangani kasus keracunan secara optimal untuk mencegah kematian dan system rujukan secara berjenjang dan melakukan monitoring serta evaluasi agar kejadian tersebut tidak terulang," pungkasnya.

 

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved