Usulan Provinsi Madura

Anggota DPR RI Haji Syafi Sepakat Provinsi Baru, Madura Punya Mineral, Uranium, Emas, Migas Terbaik

Pemekaran Daerah Otonomi Baru (DOB), Madura sebagai provinsi selalu menjadi perbincangan sebagian besar tokoh masyarakat di empat kabupaten

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Januar
TribunMadura/ Ahmad Faisol
Anggota Komisi V DPR RI Dapil Madura, H Syafiudin (kanan) bersama Pj Bupati Bangkalan, Arief M Edie dalam rangka Kunjungan Kerja Perseorangan di Pendapa Agung Bangkalan pada 13 Oktober 2023 silam 

Pihaknya, lanjut Haji Syafi, selalu mendorong APBN dan APBD provinsi untuk memberikan anggaran yang sangat luas terhadap posisi kabupaten-kabupaten yang tertinggal di Madura. Apalagi Madura merupakan daerah penghasil migas dari sumur-sumur offshore atau lepas pantai.

“Belum lagi migas yang onshore (daratan) di Madura, kan belum dieksplor. Kalau urusan sepakat, saya sangat sepakat bahkan fardu ain (wajib) Madura menjadi provinsi. Namun ada apa Madura sulit lepas dari Jawa Timur?. Saya tidak ingin menoleh ke belakang, terpenting ke depan masyarakat Madura sudah layak memperoleh haknya untuk lebih sejahtera dari daerah lain (di Jawa Timur),” tegas H Syafi.

Berdasarkan data yang dihimpun dari PNP3M, tiga kabupaten di Madura; Sampang, Bangkalan, dan Sumenep merupakan tiga daerah penghasil sekaligus tulang punggung migas Jawa Timur dengan kontribusi mencapai 70 persen. Sehingga Jawa Timur menjadi salah satu ujung tombak produksi minyak mentah nasional dengan kontribusi 30 persen dari total produksi minyak mentah nasional.

Sekedar diketahui, pengembangan migas pada Blok Madura Strait di Jawa Timur yang dioperasikan Husky CNOOC Madura Limited (HCML) telah disetujui SKK Migas. HCML potensi cadangan gas sebanyak 38,04 standar kaki kubik (BSCF). HCML mengajukan permohonan rencana pembangunan itu pada 24 Juni 2021.

Kemudian, SKK Migas memberikan persetujuan atas usulan tersebut pada 19 Juli 2021 yang menghasilkan komitmen dari operator Husky-CNOOC Madura Limited untuk mengembangkan Lapangan MBF di wilayah kerja Madura Strait dengan investasi sekitar 88 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,3 triliun.

Tidak hanya itu, perusahaan migas asal Malaysia, Petronas menemukan cadangan minyak di wilayah kerja North Madura II di lepas pantai Madura sebesar 158 juta barel. Melalui anak usahanya yakni Petronas Carigali North Madura II Ltd, wilayah kerja tersebut dikelola sejak 2015, kontraknya berakhir pada 2045. Temuan ini mendukung target produksi minyak 1 juta barel per hari yang ditetapkan pemerintah pada 2030.

Pihak SKK Migas pada 24 Februari 2021 menyebutkan, pengeboran eksplorasi Petronas pada kedalaman 2.739 meter di wilayah kerja North Madura II dimulai pada 7 Januari 2021 menemukan cadangan minyak di sumur Hidayah-1.

Petronas Carigali North Madura II menemukan cadangan setelah melakukan pengeboran tiga sumur eksplorasi di wilayah ini. Sumur terakhir yang dibor adalah Hidayah-1 yang menghasilkan penemuan dengan estimasi cadangan minyak sekitar 88,55 Million Stock Tank Barrel (MMSTB).

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif telah menyetujui rencana pengembangan lapangan pertama atau Plan of Development I (POD I) Petronas Carigali North Madura II, di Lapangan Hidayah yang merupakan bagian dari Wilayah Kerja North Madura II. Persetujuan diberikan melalui surat tertanggal 27 Desember 2022 yang merupakan jawaban atas rekomendasi yang disampaikan oleh SKK Migas.

“Madura ini kaya, dampak tata kelola migas harusnya bisa menciptakan multiplier effect bagi masyarakat. Informasi yang saya dapat, bahwa ketika ada bupati definitif nanti, maka akan dilakukan lelang kembali tentang migas di Bangkalan,” papar Haji Syafi.

Ia menambahkan, kekayaan SDA alam Madura harus diimbangi dengan kualitas SDM yang mumpuni. Karena meskipun Madura kaya akan SDA namun tidak sebanding dengan kualitas SDM, maka masyarakat Madura akan jadi penonton atan menjadi buruh karena penentu-penentu kebijakan akan dikuasai warga dari luar Madura.

Karena itu, lanjutnya, berulang kali Haji Syafi berpesan kepada para kepala desa, penguatan kualitas SDM di Madura sangat dibutuhkan melalui sentuhan-sentuhan dana desa, mengalokasikan dana desa untuk beasiswa anak tidak mampu agar bisa menempuh pendidikan hingga jenjang sarjana.

Menurut Haji Syafi, anggaplah satu semester Rp 2 juta untuk lima anak per tahun. Berarti dua semester dibutuhkan anggaran senilai Rp 4 juta dalam setahun. Kemudian dikalikan lima orang anak, terhitung senilai Rp 25 juta.

“Nilai (uang( yang kecil jika diukur dari postur dana desa untuk masyarakat. Apabila 5 orang dikalikan 273 desa/kelurahan di Bangkalan, berarti kita mencetak calon pemimpin dari Bangkalan 1.300 dalam setahun. Kalau lima tahun, kan 6.500 calon pemimpin. Cari yang betul-betul miskin tetapi IQ nya jempolan, itu yang menjadi prioritas,” pungkasnya.

 

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved