Berita Surabaya

Komplotan Begal Rampas Ponsel Karyawan Saat Tunggu Taksi Online Surabaya, Korban Bersimbah Darah

Karyawan swasta berinisial AM (43) asal Tebing Tinggi, Sumatera Utara, menjadi korban kebrutalan komplotan begal bersenjata tajam

Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Januar
Tribun Group via Tribun Bali
Ilustrasi begal di Surabaya 

Pasalnya, potensi kejahatan tidak melulu dikarenakan adanya niat jahat dari si pelaku.

Namun, tak jarang, kejahatan juga muncul karena adanya kesempatan yang dipicu oleh sesuatu pada diri korban atau warga itu sendiri.

"Apalagi ada kejahatan yang dilakukan oleh para pemain baru, bukan residivis. Ini dipicu dari kesempatan. Contohnya, ada motor digeletakkan di pinggir jalan," ungkapnya.

"Sehingga, kami mengajak masyarakat bersama sana menjaga keselamatannya dia, ketertiban dia dan keamanan dia. Jaga aset dia sendiri. Seperti motor, HP, tas. Jangan simpan HP di dasbor saat bermotor, jangan taruh tas di belakang, dan jangan telponan saat naik motor," tambahnya.

Bayu meyakini bahwa Kota Surabaya merupakan kota aman. Namun hal tersebut perlu dukungan masyarakat untuk proaktif, mawas diri, dan kepedulian terhadap diri sendiri dan orang lain di lingkungan sekitar.

"Sudah tahu kawasan rawan, motor harus dikunci. Soal gangster anak-anak, orangtua harusnya selalu pantau anaknya kalau sudah larut malam," jelasnya.

"Maka ada quotes; jadilah polisi untuk diri sendiri. Secara kewenangan tentu kami tetap melakukan yang maksimal. Tapi keamanan pribadi, itu menjadi tanggung jawab masing-masing," pungkas mantan Kapolsek Wonocolo itu.

 


Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved