Tradisi Madura
Mengenal Molang Areh, Tradisi Merayakan 40 Hari Kelahiran Sebagai Ungkapan Syukur dan Doa untuk Bayi
Molang Areh merupakan gabungan kata Molang yang berarti hitungan bayi lahir dan Areh yaitu hari, merujuk pada ritual 40 hari kelahiran bayi di Madura.
Penulis: Afrilia Mustika Damayanti | Editor: Titis Suud
TRIBUNMADURA.COM - Budaya masyarakat Madura memiliki ciri khas dan identitas yang unik, yang dianggap sebagai cerminan jati diri baik secara individu maupun komunal dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu tradisi Madura yang masih dipertahankan hingga saat ini adalah Molang Areh.
Molang Areh merupakan bagian dari tradisi kehamilan yang diawali dengan slametan empat bulanan, yaitu ritual saat janin berusia empat bulan, diyakini sebagai waktu ruh ditiupkan agar bayi sehat. Setelah itu, dilakukan slametan tujuh bulanan (tingkeban), lalu Molang Areh saat bayi berusia 40 hari.
Tujuan utama dari ritual Molang Areh adalah untuk mengungkapkan rasa syukur atas kelahiran bayi dan menghilangkan segala kesialan yang bisa menimpa bayi maupun keluarga, khususnya sang ibu yang baru saja melahirkan.
Ritual ini juga memiliki nilai-nilai yang sangat relevan dengan ajaran Islam, menjadi momen silaturahmi untuk mempererat ukhuwah islamiyah antar keluarga dan tetangga.
Sebagai bagian dari tradisi keagamaan, Molang Areh juga merupakan bentuk refleksi spiritual untuk menyadari eksistensi Tuhan.
Secara keseluruhan, tradisi ini mencerminkan kesadaran masyarakat dalam mengakui kekuasaan Tuhan dan berharap untuk mendapatkan keselamatan serta mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup.
Baca juga: Mengenal Taneyan Lanjhang, Permukiman Tradisional Madura yang Sarat Makna Keluarga
Apa Itu Tradisi Molang Areh?
Dikutip dari Jurnal Universitas Muhammadiyah Mataram yang berjudul "Tradisi Molang Areh Sebagai Bentuk Permohonan dan Rasa Syukur di Desa Prenduan Sumenep", Molang Areh adalah istilah dalam bahasa Madura yang terdiri dari dua kata, yaitu molang dan areh.
Molang memiliki makna hitungan bayi lahir, sementara areh berarti hari. Kedua kata ini merujuk pada hitungan 40 hari setelah kelahiran bayi, yang diyakini oleh masyarakat Madura sebagai waktu yang penting.
Pada usia 40 hari, bayi dianggap sudah mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan, dan ubun-ubunnya diyakini sudah cukup kuat.
Oleh karena itu, bayi yang berusia 40 hari akan dibersihkan dan sedikit dipotong rambutnya sebagai simbol pembersihan dari kotoran yang menempel, termasuk rambut yang lepas, untuk menjadikannya suci. Selain itu, 40 hari juga dianggap sebagai hari suci bagi ibu bayi.
Waktu pelaksanaan ritual Molang Areh biasanya ditentukan oleh tuan rumah. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada hari-hari tertentu, seperti Selasa malam Rabu, Kamis malam Jumat, atau Minggu malam Senin, yang dianggap sebagai hari yang baik oleh masyarakat. Ritual ini dilakukan di rumah keluarga yang mengadakan acara tersebut.
Persiapan Molang Areh
Baca juga: Apa Itu Carok? Tradisi di Madura, Pertarungan Senjata untuk Mempertahankan Harga Diri dan Kehormatan
Dalam mempersiapkan ritual ini, keluarga yang memiliki hajat akan mengundang tokoh-tokoh masyarakat seperti kyai, ustadz, serta warga sekitar untuk hadir dalam acara tersebut.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.