Tradisi Madura
Mengenal Molang Areh, Tradisi Merayakan 40 Hari Kelahiran Sebagai Ungkapan Syukur dan Doa untuk Bayi
Molang Areh merupakan gabungan kata Molang yang berarti hitungan bayi lahir dan Areh yaitu hari, merujuk pada ritual 40 hari kelahiran bayi di Madura.
Penulis: Afrilia Mustika Damayanti | Editor: Titis Suud
Keluarga yang mengadakan ritual akan menyiapkan berbagai perlengkapan dan sembako yang diperlukan untuk upacara Molang Areh.
Keesokan harinya sebelum ritual dilaksanakan, saudara dan tetangga akan datang untuk membantu mempersiapkan makanan yang akan disajikan pada hari pelaksanaan ritual. Selain itu, tetangga lainnya juga akan membantu menyiapkan hal-hal lain, seperti tikar dan sound system yang akan digunakan selama acara.
Ada juga persayratan tertentu yang harus dipenuhi dalam menjalankan ritual ini, terutama terkait dengan hidangan yang disajikan untuk para tamu yang hadir.
Makanan yang disajikan biasanya terdiri dari daging sapi, telur, ayam, dan harus berkuah dengan campuran bumbu seperti bawang merah, bawang putih, merica, kunyit, kemiri, dan jahe.
Hidangan ini mengandung simbol pentingnya menjaga hubungan sosial, kerukunan, keharmonisan, serta rasa syukur dan kebersamaan dalam masyarakat.
Kemudian bedak bubuk yang dicampur air putih diletakkan dalam mangkok yang nantinya akan diteteskan kepada bayi oleh para tamu yang hadir secara bergantian. Ini bertujuan agar bayi tetap harum dan bersih.
Selain itu, berbagai jenis buah-buahan seperti semangka, nanas, apel, pisang, dan jeruk disajikan dalam ritual ini. Buah-buahan ini melambangkan harapan agar bayi yang menjalani ritual selalu diberi keselamatan dan kemudahan rezeki.
Di samping itu, terdapat juga bunga tujuh rupa yang diletakkan di atas nampan. Bunga-bunga tersebut meliputi pandan, melati, mawar, dan matahari, yang bertujuan agar bayi yang dilahirkan menjadi cantik jika perempuan dan tampan jika laki-laki.
Proses Pelaksanaan Molang Areh
Ritual Molang Areh biasanya dilaksanakan bersama tokoh-tokoh agama seperti kyai, serta warga yang telah diundang oleh pihak keluarga yang mengadakan acara.
Makanan yang telah disiapkan diletakkan di hadapan para tamu dan kemudian diberkahi oleh tokoh agama dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an serta doa-doa dalam bahasa Arab.
Tahapan pertama dalam upacara ini adalah sesi pembukaan. Pembukaan dilakukan oleh kyai yang dipercaya oleh tuan rumah untuk memimpin acara. Dalam sesi ini, kyai menyampaikan maksud dan tujuan penyelenggaraan ritual, yaitu sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran sang bayi.
Tahapan selanjutnya adalah pembacaan Tawassul, yaitu bacaan surat Al-Fatihah yang ditujukan kepada tokoh-tokoh yang dihormati seperti Nabi Muhammad SAW, Syaikh Abdul Qadir Jaelani, para Wali Songo, serta leluhur keluarga yang telah wafat (dikenal dengan sebutan bengatoah), juga disampaikan maksud dan hajat dari keluarga yang menyelenggarakan ritual.
Baca juga: Makna Tradisi Toron: Momen Sakral Orang Madura Pulang ke Tanah Leluhur
Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Khotmil Qur’an, sholawat nabi, atau Barzanji dan Tahlil. Pembacaan Khotmil Qur’an dipimpin oleh kyai dan diikuti oleh para tamu undangan.
Setelah itu, sesi dilanjutkan dengan pembacaan sholawat atau Barzanji secara bergantian. Para tamu membacakan pujian kepada silsilah dan sejarah kehidupan Nabi Muhammad, dan pada bagian tertentu (disebut Mahallul Qiyam), seluruh tamu diminta berdiri sebagai bentuk penghormatan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.