Tradisi Madura

Mengenal Molang Areh, Tradisi Merayakan 40 Hari Kelahiran Sebagai Ungkapan Syukur dan Doa untuk Bayi

Molang Areh merupakan gabungan kata Molang yang berarti hitungan bayi lahir dan Areh yaitu hari, merujuk pada ritual 40 hari kelahiran bayi di Madura.

Youtube Agus Maulidi
MOLANG AREH - Pelaksanaan tradisi Molang Areh saat bayi berusia 40 hari, sebagai ungkapan rasa syukur atas kelahiran bayi dan menghilangkan segala kesialan yang bisa menimpa bayi maupun keluarga, khususnya sang ibu yang baru saja melahirkan. 

TRIBUNMADURA.COM - Budaya masyarakat Madura memiliki ciri khas dan identitas yang unik, yang dianggap sebagai cerminan jati diri baik secara individu maupun komunal dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu tradisi Madura yang masih dipertahankan hingga saat ini adalah Molang Areh.

Molang Areh merupakan bagian dari tradisi kehamilan yang diawali dengan slametan empat bulanan, yaitu ritual saat janin berusia empat bulan, diyakini sebagai waktu ruh ditiupkan agar bayi sehat. Setelah itu, dilakukan slametan tujuh bulanan (tingkeban), lalu Molang Areh saat bayi berusia 40 hari.

Tujuan utama dari ritual Molang Areh adalah untuk mengungkapkan rasa syukur atas kelahiran bayi dan menghilangkan segala kesialan yang bisa menimpa bayi maupun keluarga, khususnya sang ibu yang baru saja melahirkan.

Ritual ini juga memiliki nilai-nilai yang sangat relevan dengan ajaran Islam, menjadi momen silaturahmi untuk mempererat ukhuwah islamiyah antar keluarga dan tetangga.

Sebagai bagian dari tradisi keagamaan, Molang Areh juga merupakan bentuk refleksi spiritual untuk menyadari eksistensi Tuhan.

Secara keseluruhan, tradisi ini mencerminkan kesadaran masyarakat dalam mengakui kekuasaan Tuhan dan berharap untuk mendapatkan keselamatan serta mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan hidup.

Baca juga: Mengenal Taneyan Lanjhang, Permukiman Tradisional Madura yang Sarat Makna Keluarga

Apa Itu Tradisi Molang Areh?

Dikutip dari Jurnal Universitas Muhammadiyah Mataram yang berjudul "Tradisi Molang Areh Sebagai Bentuk Permohonan dan Rasa Syukur di Desa Prenduan Sumenep", Molang Areh adalah istilah dalam bahasa Madura yang terdiri dari dua kata, yaitu molang dan areh.

Molang memiliki makna hitungan bayi lahir, sementara areh berarti hari. Kedua kata ini merujuk pada hitungan 40 hari setelah kelahiran bayi, yang diyakini oleh masyarakat Madura sebagai waktu yang penting.

Pada usia 40 hari, bayi dianggap sudah mulai bisa beradaptasi dengan lingkungan, dan ubun-ubunnya diyakini sudah cukup kuat.

Oleh karena itu, bayi yang berusia 40 hari akan dibersihkan dan sedikit dipotong rambutnya sebagai simbol pembersihan dari kotoran yang menempel, termasuk rambut yang lepas, untuk menjadikannya suci. Selain itu, 40 hari juga dianggap sebagai hari suci bagi ibu bayi.

Waktu pelaksanaan ritual Molang Areh biasanya ditentukan oleh tuan rumah. Upacara ini biasanya dilaksanakan pada hari-hari tertentu, seperti Selasa malam Rabu, Kamis malam Jumat, atau Minggu malam Senin, yang dianggap sebagai hari yang baik oleh masyarakat. Ritual ini dilakukan di rumah keluarga yang mengadakan acara tersebut.

Persiapan Molang Areh

Baca juga: Apa Itu Carok? Tradisi di Madura, Pertarungan Senjata untuk Mempertahankan Harga Diri dan Kehormatan

Dalam mempersiapkan ritual ini, keluarga yang memiliki hajat akan mengundang tokoh-tokoh masyarakat seperti kyai, ustadz, serta warga sekitar untuk hadir dalam acara tersebut.

Keluarga yang mengadakan ritual akan menyiapkan berbagai perlengkapan dan sembako yang diperlukan untuk upacara Molang Areh.

Keesokan harinya sebelum ritual dilaksanakan, saudara dan tetangga akan datang untuk membantu mempersiapkan makanan yang akan disajikan pada hari pelaksanaan ritual. Selain itu, tetangga lainnya juga akan membantu menyiapkan hal-hal lain, seperti tikar dan sound system yang akan digunakan selama acara.

Ada juga persayratan tertentu yang harus dipenuhi dalam menjalankan ritual ini, terutama terkait dengan hidangan yang disajikan untuk para tamu yang hadir.

Makanan yang disajikan biasanya terdiri dari daging sapi, telur, ayam, dan harus berkuah dengan campuran bumbu seperti bawang merah, bawang putih, merica, kunyit, kemiri, dan jahe.

Hidangan ini mengandung simbol pentingnya menjaga hubungan sosial, kerukunan, keharmonisan, serta rasa syukur dan kebersamaan dalam masyarakat.

Kemudian bedak bubuk yang dicampur air putih diletakkan dalam mangkok yang nantinya akan diteteskan kepada bayi oleh para tamu yang hadir secara bergantian. Ini bertujuan agar bayi tetap harum dan bersih.

Selain itu, berbagai jenis buah-buahan seperti semangka, nanas, apel, pisang, dan jeruk disajikan dalam ritual ini. Buah-buahan ini melambangkan harapan agar bayi yang menjalani ritual selalu diberi keselamatan dan kemudahan rezeki.

Di samping itu, terdapat juga bunga tujuh rupa yang diletakkan di atas nampan. Bunga-bunga tersebut meliputi pandan, melati, mawar, dan matahari, yang bertujuan agar bayi yang dilahirkan menjadi cantik jika perempuan dan tampan jika laki-laki.

Proses Pelaksanaan Molang Areh

Ritual Molang Areh biasanya dilaksanakan bersama tokoh-tokoh agama seperti kyai, serta warga yang telah diundang oleh pihak keluarga yang mengadakan acara.

Makanan yang telah disiapkan diletakkan di hadapan para tamu dan kemudian diberkahi oleh tokoh agama dengan lantunan ayat suci Al-Qur’an serta doa-doa dalam bahasa Arab.

Tahapan pertama dalam upacara ini adalah sesi pembukaan. Pembukaan dilakukan oleh kyai yang dipercaya oleh tuan rumah untuk memimpin acara. Dalam sesi ini, kyai menyampaikan maksud dan tujuan penyelenggaraan ritual, yaitu sebagai bentuk rasa syukur atas kelahiran sang bayi.

Tahapan selanjutnya adalah pembacaan Tawassul, yaitu bacaan surat Al-Fatihah yang ditujukan kepada tokoh-tokoh yang dihormati seperti Nabi Muhammad SAW, Syaikh Abdul Qadir Jaelani, para Wali Songo, serta leluhur keluarga yang telah wafat (dikenal dengan sebutan bengatoah), juga disampaikan maksud dan hajat dari keluarga yang menyelenggarakan ritual.

Baca juga: Makna Tradisi Toron: Momen Sakral Orang Madura Pulang ke Tanah Leluhur

Kemudian dilanjutkan dengan pembacaan Khotmil Qur’an, sholawat nabi, atau Barzanji dan Tahlil. Pembacaan Khotmil Qur’an dipimpin oleh kyai dan diikuti oleh para tamu undangan.

Setelah itu, sesi dilanjutkan dengan pembacaan sholawat atau Barzanji secara bergantian. Para tamu membacakan pujian kepada silsilah dan sejarah kehidupan Nabi Muhammad, dan pada bagian tertentu (disebut Mahallul Qiyam), seluruh tamu diminta berdiri sebagai bentuk penghormatan.

Saat ritual dimulai, setiap tamu diwajibkan meniup ubun-ubun bayi sambil melantunkan bacaan shalawat. Bayi tersebut ditimang menggunakan wadah yang beragam bentuknya, dihiasi dengan lampu dan bunga, atau menggunakan nampan tradisional Madura yang dikenal dengan sebutan talam. 

Selain itu, para tamu juga diberikan uang kertas yang telah ditusuk dengan lidi dan ditancapkan pada pelepah pisang sambil lalu mengiringi bayi. Mereka juga meneteskan air dari mangkuk berisi campuran bedak bubuk dan bunga tujuh rupa ke tubuh bayi secara perlahan sebagai bagian dari rangkaian ritual Molang Areh.

Prosesi penimangan ini memiliki tujuan agar bayi kelak tumbuh menjadi pribadi yang tidak mudah takut terhadap siapa pun. Tiupan pada ubun-ubun mengandung makna simbolis sebagai sumber kekuatan bayi agar terlindung dari marabahaya dan penyakit, serta dipercaya dapat menguatkan bayi, baik secara jasmani maupun rohani.

Campuran air, bedak, dan bunga tujuh rupa juga diyakini mampu menjaga kebersihan dan keharuman bayi, serta mempercantik atau mempertampan penampilannya sesuai dengan jenis kelamin.

Tahapan terakhir dari ritual ini adalah penutupan dan doa yang dipimpin oleh tokoh agama. Setelah doa selesai, tuan rumah menyajikan makanan kepada para tamu sebagai bentuk penghormatan dan rasa terima kasih setelah rangkaian panjang acara. 

Tak lama kemudian, tuan rumah juga membagikan makanan (berkat) yang dibawa pulang tamu sebagai bentuk sedekah dan ungkapan terima kasih atas doa-doa yang telah dipanjatkan untuk sang bayi.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di TribunMadura.com 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved