Berita Pamekasan

Terungkap Profesi Pelaku Penganiayaan Kurir Ekspedisi di Pamekasan, Terancam Dipecat

Pelaku penganiayaan terhadap kurir ekspedisi Irwan Siskiyanto di Kabupaten Pamekasan, Zainal Arifin ternyata merupakan Guru Paud di Kabupaten Sampang

|
Penulis: Hanggara Pratama | Editor: Januar
TribunMadura.com/ Kuswanto
SANKSI KEPEGAWAIAN : Pelaku penganiayaan, Zainal Arifin terhadap kurir ekspedisi Irwan Siskiyanto di Kabupaten Pamekasan saat di amankan pihak kepolisian. Pelaku ternyata seorang PNS Guru di Kabupaten Sampang, Madura dan terancam sanksi kepegawaian, Kamis (3/7/2025). 

Kata dia, setelah dilakukan analisa hukum dan rekonstruksi kejadian, ditemukan adanya tindakan kekerasan, yaitu tersangka mengambil atau merampas uang paket COD yang telah dibayar kepada kurir JNT terasebut dengan kekerasan.

"Makanya kami sangkakan pasal 365," kata AKBP Hendra Eko Triyulianto, Jumat (4/7/2025).

Menurut AKBP Hendra, akibat kekerasan yang dilakukan tersangka terhadap kurir JNT tersebut, korban mengalami luka di bagian mulut.

Luka ini berdasarkan keterangan korban, terkena sikut lengan pelaku.

"Makanya dalam video itu ada bercakan darah di bagian gigi," ungkap AKBP Hendra.

Kemungkinan kata AKBP Hendra, luka di bagian gigi dan mulut itu diakibatkan saat korban hendak dipiting lehernya oleh tersangka atau ada kekerasan tangan tersangka yang mengenai bibir korban sehingga luka.

Akibat perbuatannya tersebut, tersangka dikenai pasal 365 Ayat 1 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 9 tahun penjara atau 351 ayat 1 KUHP dengan ancaman hukuman 2 tahun 8 bulan penjara dan pasal 335 ayat 1 Ke 1 KUHP dengan ancaman hukuman 1 tahun penjara.

"Kami masih menunggu hasil visum juga," tutup AKBP Hendra.

Istri pelaku ikut diperiksa

Kapolres Pamekasan, AKBP Hendra Eko Triyulianto mengatakan akan memeriksa istri pelaku yang terekam video berada di lokasi saat terjadi penganiayaan terhadap kurir JNT tersebut.

Kata dia, saat ini, penyidik Satreskrim Polres Pamekasan masih mendalami keterangan saksi lain apakah ada keterlibatan istri tersangka dalam kasus penganiayaan kurir JNT tersebut.

"Kami akan tanyakan lebih lanjut ke korban," kata AKBP Hendra Eko Triyulianto, Kamis (3/7/2025).

Sementara itu dalam video yang direkam korban saat dipiting oleh tersangka, istri pelaku tampak membiarkan saat suaminya memiting leher korban dengan kedua tangannya.

Saat leher korban dipiting, mulut korban tampak mengeluarkan darah sembari mengerang kesakitan.

Bahkan terdengar suara istri pelaku sembari memaki korban saat dipiting oleh suaminya.

"Kembalikan uang itu, kok enggak ngerti kamu" celetuk istri tersangka dalam video penganiayaan yang direkam Hp korban.

Padahal korban sudah menjelaskan secara rinci, bahwa dia hanya bertugas sebagai kurir JNT yang hanya mengantarkan paket pesanan.

Dalam potongan rekaman yang lain, istri tersangka tampak memamerkan uang sekitar Rp.1.589.235 yang sebelumnya telah dibayarkan kepada korban untuk membayar paket Hp dengan sistem Cash on Delivery (COD).

Istri pelaku juga terdengar mengatakan bahwa dia tidak mengambil uang milik kurir JNT tersebut, hanya saja dia mengambil uang miliknya yang sebelumnya telah dibayarkan.

"Saya tidak mengambil semua, hanya mengambil uang hak saya. Ini Hpnya palsu yang diberikan ke saya," celoteh istri tersangka yang mengenakan kaus merah lengan panjang.

Profesi pelaku dan nasibnya

Pelaku penganiayaan diduga merupakan seorang aparatur sipil negara (ASN) yang bertugas di Kabupaten Sampang.

Kepala Bidang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sampang, Dewi Trisna, membenarkan bahwa pelaku bernama Arif adalah ASN di salah satu sekolah di bawah Disdik Sampang.

"Iya betul (ASN di Sampang)," ungkapnya saat dihubungi, Rabu (2/7/2025).

Dewi juga menginformasikan bahwa Arif saat ini menjabat sebagai tenaga pengajar di salah satu taman kanak-kanak (TK) di Kecamatan Omben.

"Beliau statusnya sebagai guru di salah satu TK di Kecamatan Omben," ungkapnya.

Menanggapi insiden tersebut, Dewi menyatakan bahwa instansinya sedang memproses kasus Arif.

Saat ini, kasus ini ditangani oleh bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Disdik Kabupaten Sampang.

"Masih proses oleh bidang GTK," imbuhnya.

Korban bisa dijerat penjara

Menurut Lembaga Penelitian dan Bantuan Hukum Madura (LP-BHM), Erfan Yulianto, hal itu bisa membuat korban tertarik ke meja hijau.

"Tersangka dan korban sama-sama berpotensi terjerat hukum," kata Erfan, dikutip dari Kompas.com, Jumat (4/7/2025).

Dia menegaskan, jika bukan dalam rangka membela salah satu pihak.

Namun dilihat dari fakta hukum keduanya sama-sama memiliki kesalahan.

Advokat muda itu mengatakan, jika korban pun bisa terjerat hukum.

 

Kesalahan korban bukan hanya dijadikan bukti perbuatan pelaku saja.

Tapi video yang direkam dan kemudian disebarluaskan bisa berpotensi menjerat korban dengan Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).

"Bisa saja karena korban merekam pelaku dan merasa tersudut. Sehingga semakin marah. Harusnya rekaman tidak disebar," kata dia.

Pihaknya juga menyoroti penerapan pasal yang disangkakan terhadap tersangka.

Menurutnya, penerapan Pasal 365 ayat 1 KUHP tentang pencurian dan kekerasan tidak tepat.

Karena tersangka mengambil uang sendiri bukan untuk merampok, meskipun uang kurir sempat diambil tapi langsung dikembalikan.

"Tersangka mengambil uang karena merasa tertipu oleh penjual. Sehingga perbuatannya mengambil uang sebagai akibat yang diderita tersangka sebagai pembeli, menurut saya lebih tepat pasal 352 KUHP tentang tindak pidana ringan," terangnya.

 

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved