Berita Bangkalan Terkini

Apa Itu Pembelajaran Mendalam yang Dikeluhkan Kepsek SD di Bangkalan Gegara Memberatkan Guru?

Kepala sekolah di Bangkalan bersuara mengkritik pembelajaran mendalam yang dicanangkan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah.

Editor: Mardianita Olga
Kompas.com
MENGENAL PEMBELAJARAN MENDALAM - Ilustrasi kegiatan belajar dan mengajar di kelas. Pendekatan pembelajaran mendalam atau deep learning dibawa masuk ke sekolah-sekolah di Tanah Air oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mulai tahun ajaran 2025/2026. Belum setahun berjalan, pembelajaran mendalam dikeluhkan oleh kepala sekolah di Bangkalan, Jawa Timur, karena membebankan para guru. Kenapa? 

Secara singkat, siswa secara bersama-sama menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan positif agar termotivasi menjadi pembelajar aktif yang dapat meregulasi emosi serta menerapkan ilmu pengetahuan di kelas ke kehidupan nyata.

Kemendikdasmen membuat siswa melalui olah pikir, olah hati, olah rasa, dan olah raga demi mencapai prinsip itu.

Pada akhirnya, lulusan pembelajaran mendalam diharapkan bisa menjadi individu yang beriman, cinta tanah air, kritis, kreatif, mandiri, komunikatif, dan kolaboratif yang sehat secara jasmani.

Selain itu, dalam pendekatan ini, guru akan menjadi tokoh utamanya, bukan lagi pemerintah pusat atau daerah yang menyusun kebijakan dan langsung mengatur.

Baca juga: Fakta Siswi SD Bangkalan Tewas Tertimpa Dahan saat Jalan Sehat, Sempat Dibawa ke RS Pakai Pikap

Guru dianggap sebagai sumber inovasi dan informasi untuk kebijakan yang disusun.

Meski begitu, pembelajaran mendalam menuai kritik dari berbagai pihak.

Bahkan menurut Kepala Unit Pelaksana Daerah (UPTD) SDN Jambu 2 Kecamatan Burneh, Bangkalan, Suraji, penerapan pembelajaran mendalam realitanya masih jauh dari harapan sang menteri.

Pasalnya pelatihan pembelajaran mendalam masih bersifat top down atau kebijakan dari atas turun ke bawah.

Guru tak banyak dilibatkan, malah harus menyelesaikan tugas-tugas yang cenderung menyita waktu.

“Sementara hasilnya tidak memberikan dampak signifikan pada pembelajaran di kelas. Mengapa pola pelatihan guru di Indonesia masih seperti ini, mengapa reformasi seolah hanya berganti nama tanpa substansi yang berarti?” ungkap Suraji kepada Tribun Madura, Minggu (3/8/2025).

Beban administratif guru makin berat dengan tugas ini apalagi harus menyelesaikannya dalam waktu singkat.

“Namun kenyataannya, pelaksana teknis di bawahnya, khususnya Balai Besar Guru Penggerak (BBG TK) Provinsi Jawa Timur, masih menerapkan pola pelatihan top down yang memaksa guru dan kepala sekolah menyelesaikan tugas-tugas LMS dalam waktu singkat. Ini bertentangan dengan semangat kebijakan menteri,” tegas Suraji.

Dia lantas menyinggung negara maju yang sudah menghilangkan pelatihan yang cenderung seragam.

Mereka justru memberikan pelatihan yang menyesuaikan kebutuhan guru itu sendiri tanpa beban administratif, tugas, unggahan file, atau laporan naratif yang menguras energi.

“Sistem pendidikan di negara unggul seperti Singapura, Jepang, dan Korea Selatan telah lama meninggalkan pendekatan pelatihan massal yang seragam."

Baca juga: KRONOLOGI Bocah SD Tewas Ditabrak Dump Truk di Simpang Empat Sekarputih Mojokerto

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved