Berita Bangkalan Terkini

Apa Itu Pembelajaran Mendalam yang Dikeluhkan Kepsek SD di Bangkalan Gegara Memberatkan Guru?

Kepala sekolah di Bangkalan bersuara mengkritik pembelajaran mendalam yang dicanangkan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah.

Editor: Mardianita Olga
Kompas.com
MENGENAL PEMBELAJARAN MENDALAM - Ilustrasi kegiatan belajar dan mengajar di kelas. Pendekatan pembelajaran mendalam atau deep learning dibawa masuk ke sekolah-sekolah di Tanah Air oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mulai tahun ajaran 2025/2026. Belum setahun berjalan, pembelajaran mendalam dikeluhkan oleh kepala sekolah di Bangkalan, Jawa Timur, karena membebankan para guru. Kenapa? 

"Mereka lebih memilih model pelatihan berbasis kebutuhan lokal, refleksi sejawat, mentoring profesional, dan waktu yang cukup untuk belajar."

"Tidak ada beban tugas administratif yang hanya mengukur kehadiran atau kepatuhan,” tuturnya.

Yang mencengangkan, pelatihan pembelajaran mendalam diajarkan oleh sesame guru yang dinilai kurang kompeten dibandingkan pakar atau akademisi yang memiliki kualifikasi.

“Jika hanya menghadirkan narasumber sesama guru sebagai fasilitator, lebih baik kegiatan tersebut dilaksanakan di tingkat KKG atau MGMP tanpa memerlukan biaya yang besar,” beber Suraji.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan disebut Suraji sejatinya tidak kekurangan kebijakan yang baik.

Namun, kebijakan yang tidak dilaksanakan dengan semangat dan substansi yang sama di tingkat teknis akan gagal mencapai tujuannya.

Karena itu, Suraji menekankan perlunya reformasi secara menyeluruh dalam pelaksanaan pelatihan guru.

Baca juga: Puluhan SD Negeri di Trenggalek Tak Laku dan Sulit Dapat Murid, Ada yang Tak Dapat Murid Baru

Mulai dari evaluasi total terhadap pola pelaksanaan pelatihan oleh BBGTK dan pelaksana teknis lainnya, menghentikan model pelatihan yang proyek-sentris dan administratif.

Selanjutnya, pelatihan difokuskan pada kebutuhan riil guru di kelas dan bukan sekadar pengumpulan tugas LMS, menggunakan narasumber berkualitas, bukan sekadar ‘pengisi waktu’ dengan gelar seadanya, serta membuka ruang bagi pelatihan kolaboratif di tingkat sekolah, KKG, dan MGMP yang terbukti lebih murah dan efektif.

“Transformasi pendidikan yang sesungguhnya dimulai dari kepercayaan terhadap guru."

"Jangan lagi membebankan mereka dengan pelatihan yang melelahkan, membingungkan, dan tidak berdampak."

"Dengan anggaran pelatihan yang besar, seharusnya kualitas dan manfaatnya pun sebanding,” pungkas Suraji.

----- 

Berita viral dan berita seleb lainnya.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved