TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Komunitas Alumni Perguruan Tinggi (KAPT) Jatim menggelar seminar bertajuk Revolusi Industri 4.0 Indonesia, Sabtu (23/3/2019) di Surabaya. Acara ini diikuti oleh civitas kampus, BUMN, hingga beberapa praktisi.
Satu di antara panelis yang hadir adalah Irnanda Laksamawan, seorang pakar teknologi. Di dalam forum tersebut, banyak membahas peran penting pemerintah sebagai eksekutif untuk bekerjasama dengan legislatif dalam menyiapkan infrastruktur dan suprastruktur dalam menghadapi globalisasi. Utamanya, dalam menghadapi revolusi industri 4.0.
"Pemimpin kedepan, harus berpihak kepada pemimpin yang benar, punya hati nurani, yang mau kerja, kerja keras, kerja nyata," kata Irnanda ketika dikonfirmasi seusai acara.
• Acara Kapolda Cup Gebyar Budaya Madura 2019 Disambut Antusias Ribuan Masyarakat Madura
• Diduga Terdapat Cacat Hukum, Pemilihan Ketua Komisi Informasi Sumenep Menuai Polemik
• Timnas Indonesia Siapkan Jurus Ampuh Lawan Vietnam di Laga Hidup Mati Piala Asia U-23
Menurutnya, pemimpin selanjutnya harus mampu menghadirkan konsep untuk menjawab tantangan zaman.
"Bukan yang justru sebatas angan-angan, bukan pesimis. Perlu pemimpin yang optimistis, menginspirasi rakyatnya, dan membawa kebersamaan kepada rakyatnya, bukan memecah belah," tegasnya.
Mantan Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) ini menambahkan bahwa kebersamaan antar masyarakat menjadi modal awal dalam memenangkan revolusi industri tersebut. "Saya rasa kemajuan dan kemenangan bisa diraih, kalau kita bersatu, bersama. Biar dari agama, suku, ras mana pun, harus bersama-sama dalam peperangan ini," katanya.
Perang yang ia maksud adalah perang terhadap globalisasi. Globalisasi yang berbasis perkembangan industri 4.0, di global maupun lokal.
"Kemenangan itu dibangun secara bersama-sama. Kalau tidak optimis, sulit untuk menang," ujarnya.
Di dalam momentum pemilu, seharusnya bisa dimanfaatkan masyarakat dalam memilih pemimpin. Bukan justru bersikap apatis terhadap para calon pemimpin. "Pemilu bukan sekadar presiden. Namun, juga DPRD, DPR RI maupun kepala daerah," urainya.
Pemimpin harus bisa mengayomi masyarakat, membangun optimistis, dan kebersamaan. Hal ini terangkum dalam faktor leadhership yang ia sebut menjadi 60 persen dari bekal pemimpin untuk membuat bangsa maju.
"Sisanya, calon pemimpin harus memiliki kompetensi, profesionalisme, dan integritas," imbuhnya.
• Bambang Haryo Ungkap Motivasi Dirinya Siap Maju di Pilwali Kota Surabaya 2020
• Resmi Gabung Persib, Mantan Bek Madura United Fabiano Akan Jadi Rekrutan Naturalisasi Ketiga
• Anak Mengamuk Karena Kemauannya Tak Terpenuhi, Para Orang Tua Bisa Lakukan Tips Bijak ini
Apalagi, selama ini para pelaku industri menghadapi tantangan yang tak mudah. Regulasi yang selama ini mengatur hal tersebut dinilai telah usang dan tak dapat mengakomodir kebutuhan zaman.
"Selama ini UU, PP, Kepres, Kepmen, ketinggalan 5-10 tahun. Sehingga, ketika ada kemajuan, tidak sesuai dengan aturan yang tertinggal itu, maka akan masuk penjara," katanya.
Di sinilah pentingnya peran masyarakat untuk memilah calon pemimpin dan calon wakil rakyat yang bisa menjawab tantangan itu.
"Sehingga, harus pintar dan berintegritas. Alumni harus mampu memberikan optimisme di samping kepentingan kelompok, yang mau berjuang untuk kepentingan bangsa di atas pribadi.," tegasnya.