Dengan hadirnya kedua musisi internasional tersebut, harapannya tercipta persilangan budaya musik terhadap penikmat jazz di Indonesia.
Jazz bagai sebuah simbol kebebasan berekspresi, menyuarakan perlawanan, hingga semangat perubahan.
Dan, musik jazz juga hadir sebagai harmonisasi dari segala perbedaan yang ada.
Sigit Pramono selaku founder Jazz Gunung mengatakan, pagelaran Jazz Gunung Bromo tahun ini sedikit berbeda dengan pagelaran jazz sebelumnya.
Kata dia, jazz tahun ini hadir di saat Indonesia sedang melaksanakan pesta demokrasi untuk memilih pemimpin Indonesia.
Maka dari itu, ia sengaja membuat konsep Jazz Gunung akan bersaksi untuk Ibu Pertiwi. Kata dia, itu memiliki makna yang dalam.
Di tengah terpecah-belahnya persatuan bangsa Indonesia pasca hiruk-pikuk dunia politik nasional, Jazz Gunung hadir untuk merayakan kegembiraan.
"Di tengah perbedaan yang ada, harmonisasi akan membalut suasana menjadi persatuan dan kesatuan. Kami Indonesia dan kami satu, bangsa Indonesia. NKRI harga mati," katanya.
Ia pun mengajak semua orang yang cinta Indonesia untuk menikmati sajian persembahan untuk ibu pertiwi.
Dikatakan, menonton jazz gunung kini semakin murah dan terjangkau.
"Sekarang sudah ada tol baru yang menyambungkan Surabaya – Probolinggo (Bromo) serta tol Malang – Probolinggo (Bromo) yang dapat mempersingkat waktu dan jarak tempuh menuju kawasan Bromo. Dulunya 4 jam, sekarang hanya 1-2 jam saja," tambahnya.