Berita Pamekasan

Bangunan Sekolah Tak Layak, Siswa di Pamekasan Belajar Sambil Duduk dengan Alas Berlantai Semen

Penulis: Kuswanto Ferdian
Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Siswa lembaga pendidikan Misbahus Sudur di Dusun Aeng Nyonok, Desa Banyupelle, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan, Madura, Senin (23/9/2019).

Ditanya mengenai biaya, semua siswa yang mengenyam pendidikan di lembaga tersebut digratiskan, termasuk seragam, kopyah, buku dan fasilitas sekolah lainnya.

Sebab biaya siswa yang mengenyam di lembaga itu dapat dana 'Bantuan Operasional Sekolah (BOS)'.

"Kelas ini ditempati mulai tahun 1990, dan sampai sekarang tidak pernah direhap karena tidak ada dana. Selain itu tidak ada bantuan juga dari pemerintah," ucapnya.

Ramo mengaku, prihatin melihat kondisi bangunan ruang kelas yang sudah tampak reyot serta dinding bolong-bolong.

Apalagi katanya banyak siswanya yang sering mengeluh kepanasan dan kelasnya tidak enak.

Daftar Lengkap Nama 45 Anggota DPRD Kabupaten Madiun Periode 2019-2024 dan 4 Pimpinan Dewan

"Keinginan saya supaya ada bantuan dari pemerintah untuk melakukan perbaikan di ruang kelas ini," harapnya.

Disinggung mengenai honor, Ramo mengungkapkan setiap guru honorer di lembaga itu dibayar Rp 20 ribu per datang ke lembaga.

Namun, bagi guru honorer yang jarak tempuh rumahnya jauh untuk menuju lembaga itu ada tambahan bantuan biaya transportasi dari pihak lembaga sebesar Rp 7 ribu.

"Rata-rata siswa masyarakat disini. Ya semoga pemerintah daerah lebih peduli dengan keberadaan para siswa di sini yang semangat belajar," pintanya.

Sedangkan perintis lembaga Misbahus Sudur, Nasiruddin (64) mengatakan, mulanya lembaga itu berdiri tahun 1986 dan sempat pindah lokasi tiga kali yang tak jauh dari desanya.

Deretan Aksi Unjuk Rasa Mosi Tidak Percaya yang Bakal Digelar di Jawa Timur Soal Revisi UU KPK

Alasan lembaganya berpindah-pindah karena bangunannnya yang reot dan ambruk.

Selain itu lembaga tersebut didirikan untuk menunjang dan memberikan ruang belajar bagi warga di desanya yang tidak punya biaya.

"Saya meneruskan dan merintis lembaga ini dari abah saya. Selama lembaga ini berdiri ya kondisi ruang kelasnya seperti yang sampeyan lihat," katanya.

Pria empat belas anak itu berharap, lembaganya dapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Pamekasan.

Ia menginginkan lembaga yang layak seperti sekolah pada umumnya dengan berbagai fasilitas sarana dan prasarana yang menunjang dan mendukung perkembangan siswanya dalam belajar.

"Kalau saya inginnya mau merehab ruang kelas itu. Karena siswa sudah banyak yang mengeluh. Tapi dananya masih belum ada," tandasnya.

Ribuan Mahasiswa Gelar Unjuk Rasa Bertepatan dengan Pelantikan 4 Pimpinan Definitif DPRD Kota Malang

Berita Terkini