Royyan juga mengungukapan, Pemkab punya wewenang menindak toko yang menjual buku-buku bajakan agar tak ada lagi anak-anak muda yang membeli barang haram itu.
"Kalau anak-anak itu mengeluh harga buku yang dianggap mahal (sedangkan nongkrong di kafe tiap hari tidak mahal), solusinya, arahkan mereka kepada iPusnas," sarannya.
Lebih lanjut, pria lulusan Magister Ilmu Sastra Universitas Gadjah Mada tersebut, meminta Pemkab Pamekasan untuk peka terhadap penulis lokal yang dimiliki Pamekasan.
Kata dia, sebenarnya di pojokan Pamekasan, ada sosok Muna Masyari, penulis perempuan yang pernah menyisihkan cerpenis sekaliber Putu Wijaya, Martin Aleida, Budi Darma, dan Seno Gumira Ajidarma.
"Kalau bupati beserta teman-temannya di Malang yang hebat itu bisa menjadi insan literasi, itu bukan hal yang spesial, sebab mereka punya privilese dan akses yang mudah kepada pengetahuan," lanjutnya.
"Namun, prestasi Muna Masyari menjadi spesial karena dia dengan segala keterbatasannya (tinggal di tempat terpencil, perempuan, dan SD saja tidak tamat) tiba-tiba mengejutkan kita," bebernya.
Sementara Bupati Pamekasan, Baddrut Tamam Bupati mengatakan, persiapan untuk menjadikan Pamekasan sebagai kabupaten literasi di tahun 2022 sudah dimulai saat ini dengan melakukan permulaan kajian indikator dan program pendukung.
"Saya ini bukan orang yang Bombastis tapi ingin bekerja yang sistematis. Untuk mencapai kabupaten literasi itu butuh beberapa kajian indikator terlebih dahulu," katanya.
Baddrut Tamam menyebut, terkait dengan kajian indikator tersebut jika atmosfer budaya literasi di Pamekasan hanya berlaku di satu tempat saja yang dinilai bagus, maka hal itu menjadi tidak adil.
"Menciptakan kabupaten literasi itu diantaranya adalah menciptakan atmosfer membaca dan menulis. Kalau Malang, Jogja mendedikasikan sebagai kabupaten literasi itu benar dan bagus," ujarnya.
Bahkan Baddrut Tamam mengaku ingin menjadikan perwajahan dan atmosfer di Pamekasan berkaitan dengan akan digagasnya Pamekasan sebagai kabupaten literasi yang sama persis menggelora seperti Malang dan Jogja.
"Harus ada indikator yang jelas untuk mencapai itu semua dan hal tersebut tidak mudah untuk dicapai. Saya mau bekerja dengan kerja standard serta ukuran yang jelas," ungkapnya.
Tidak hanya itu, Baddrut Tamam berjanji akan membuat indikator terlebih dahulu dan akan berdiskusi dengan instansi terkait serta beberapa pihak untuk mencapai tujuan agar Pamekasan menjadi kabupaten literasi di tahun 2022.
"Kita akan buat indikator dulu, misal jumlah pemuda di Pamekasan berapa, nah akan kita targetkan minat bacanya dalam satu hari minimal satu jam. Untuk mencapai itu tidak mudah," tegasnya.
Lebih lanjut Politisi Partai PKB itu mengatakan masih dalam kebingungan untuk menggeser kebiasaan lama ke kebiasaan baru, dan untuk menggeser kebiasaan tersebut butuh energi yang luar biasa.
"Indikatornya juga misal semua sekolah SLTP dan SLTA bisa menerapkan membaca buku di sela-sala jam pelajaran. Nah indikator itu yang perlu kita ukur dulu," pungkasnya.
• Fenomena Hujan Es Terjadi di Mojokerto Selama 20 Menit, Begini Proses Terjadinya Menurut BMKG
• Tipu Calon Jemaah Haji, Warga Gresik Dituntut Penjara Setahun, Kantongi Uang Korban Ratusan Juta