Virus Corona di Surabaya

Pakar Kesehatan Ungkap Kendala Laboratorium Swab PCR Tidak Laporkan Kurva Covid-19 Secara Langsung

Penulis: Tony Hermawan
Editor: Elma Gloria Stevani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi

TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Pakar Kesehatan Masyarakat dan Ahli Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo mengungkap alasan laboratorium Swab PCR di Indonesia tidak bisa laporkan kasus covid-19 secara langsung atau real time.

Menurutnya, jumlah laboratorium tes Swab PCR  yang terbatas merupakan kendala utamanya.

Terlebih beberapa kali 20 laboratorium Swab PCR yang ada di Indonesia tersebut, sering mengalami kehabisan reagen.

"Seharusnya di Indonesia seperti di luar negeri, dimana saat tes PCR hasilnya tidak lama, hanya 5 jam sudah ada hasil. Masalahnya, di sini kapasitas labnya terbatas ditambah reagennya sering habis," kata Windhu Purnomo saat dihubungi, Sabtu (23/5/2020).

Jawa Timur Catat Tambahan Kasus Corona Terbanyak Nasional, Begini Penjelasan Pakar Kesehatan Unair

Klarifikasi Rumah Sakit Mojokerto Terkait Biaya Pemulasaran Jenazah PDP Rp 3 Juta, Ada Salah Paham

Santri Klaster Ponpes Temboro Magetan Asal Kecamatan Montong Tuban Dinyatakan Sembuh dari Covid-19

Dengan keadaan yang serba terbatas, secara otomatis membuat para spesimen tidak bisa langsung diperiksa. Hal itu pula, dapat menjadi pengaruh laboratorium tes Swab PCR tidak bisa melaporkan hasil pemeriksaan secara real time.

"Sebab, yang diperiksa lebih banyak dari pada kapasitas. Contohnya, yang swab 100, sedangkan laboratorium hanya bisa memeriksa 50, sisanya 50 dilakukan pada hari berikutnya. Artinya banyak hasil pemeriksaan yang tidak bisa diumumkan secara real time, jadi terlambat tiga sampai tujuh hari," ucapnya.

Windhu Purnomo mengharapkan kepada Achmad Yurianto, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, jika menyampaikan hasil pemeriksaan harus lebih hati-hati. 

Menurutnya, keterlambatan laporan itu seharusnya disertai alasan agar tidak menimbulkan kebingungan para epidemiologi. 

"Itu kan ada data kurva epidemiologi, yang seharusnya bisa dilihat. Itu adalah kurva  kasus-kasus harian bukan berdasarkan tanggal pengumuman. Jadi kurva epidemiologi adalah kurva ketika orang positif pertama kali mengalami gejala. Semua daerah punya datanya. Seharusnya itu yang dilaporkan secara nasional," pungkas Windhu Purnomo.

Jawa Timur Catat Tambahan Kasus Corona Terbanyak Nasional

Jumlah kasus positif virus corona di Indonesia bertambah 973 orang pada Kamis (21/5/2020).

Penambahan kasus positif Covid-19 tersebut merupakan yang tertinggi sejak diumumkan pada 2 Maret 2020 lalu.

Juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Covid-19 Achmad Yurianto mengatakan, tambahan kasus tertinggi paling banyak berasal dari Jawa Timur.

Berdasarkan data Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, ada tambahan 502 orang yang terinfeksi virus corona di provinsi tersebut.

"Peningkatan yang tertinggi terjadi di Jawa Timur khususnya," kata Achmad Yurianto di Gedung BNPB, Jakarta, Kamis (21/5/2020). 

Dengan demikian, total kasus positif Covid-19 di Jawa Timur hingga hari ini mencapai 2.998 orang.

Demi Kebutuhan Hidup, Dua Sekawan Pria di Malang Curi Motor, Putar Arah Kabur Malah Habis Bensin

Bupati Bojonegoro Keluarkan Surat Imabauan Terkait Perayaan Hari Raya Idul Fitri 1441 H

Perketat Pengawasan Check Point Padangandi di Perbatasan Jatim-Jateng, Pemudik Melintas Putar Balik

Secara akumulatif, jumlah kasus positif virus corona di Jawa Timur menempati posisi terbanyak kedua di Indonesia setelah Jakarta.

Pakar Kesehatan Masyarakat dan Ahli Epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair), Windhu Purnomo tak sepakat dengan ungkapan Achmad Yurianto.

Menurut Windhu Purnomo, angka yang disampaikan Achmad Yurianto, bukanlah hitungan kasus yang benar-benar dilaporkan pada hari itu.

"Itu tidak lengkap sebagai kasus peningkatan dan penurunan secara real time. Karena kasus yang diumumkan bisa saja sudah terjadi di beberapa hari lalu, karena ada keterlambatan," kata Windhu Purnomosaat dihubungi, Sabtu (23/5/2020).

Windhu Purnomo mencotohkan seperti di hasil pemeriksaan di satu laboratorium di Surabaya.

Yaitu di Institue Of Tropical Disease (ITD) Unair.

Windhu Purnomo menjelaskan, di ITD, selama 3 hari sempat tidak melaporkan hasil pemeriksaan.

Padahal selama itu, sebenarnya sudah ada kasus penambahan.

Selama tidak melaporakan, pada hari berikutnya, ITD mengungkapkan ada 488 kasus baru. 

"Penyebabnya bukan karena mendadak  tiba-tiba naik pesat. Itu hutang hasil yang belum dilaporkan. Jadi di ITD sempat 

tiga hari, tanggal 18, 19 dan 20 Mei tidak melapor, padahal sebetulnya sudah ada kasus baru. Jadi tanggal 18 ITD punya kasus positif sekitar 140, tanggal 19 ada 190, tanggal 20 ada 190an juga," urai Windhu Purnomo.

Sementara, jika dikaitkan dengan laporan pemerintah pusat, kata Windhu, semestinya pada Kamis (21/5) ada sekitar 200 kasus. 

"Yang sebenarnya hari itu (21/5/2020) ada 200. Sedangkan lainnya itu hutang laporan yang belum diungkap," jelas Windhu Purnomo.

Rapid Test Covid-19 di Pasar Tanjung hingga Sunrise Mall Kota Mojokerto, 8 Pengunjung Reaktif

Pemprov Jatim Imbau Salat Idul Fitri di Rumah, Berikan Kaifiah Salat hingga Khutbah Secara Online

Bocah 11 Tahun Reaktif Corona, Gugus Tugas Covid-19 Tulungagung Lacak Semua Teman Bermain Pasien

Windhu Purnomo menyesalkan terkait hasil laporan yang disampaikan Jubir pusat, tidak disertai keterangan penyebabnya.

Sehingga hal itu, bisa saja membuat kepanikan di masyarakat.

"Memang kasus di Jatim masih tinggi. Tapi tidak sedrastis kemarin itu. Itu keliatan banyak karena ada hutang laporan selama tiga hari. Tapi Jubir pusat juga tidak menjelaskan kenapa begitu, sehingga bisa saja ada rakyat yang panik," pungkasnya.

Berita Terkini