Karena aku merasa bahwa pembalut adalah sampah yang cukup besar yang aku buat karena satu orang rata-rata menghabiskan sekitar 11.000 sampai 14.000 pembalut sekali pakai dalam masa hidupnya. Nah, itu hanya satu orang. Kemudian dikali dengan jumlah wanita di dunia. Apa nggak numpuk itu sampah-sampah pembalut?,” ungkap Pendiri Zero Waste Indonesia, Maurilla Sophianti Imron.
Perlu diketahui, pembalut sekali pakai mengandung bahan pokok 55 persen plastik serta dibutuhkan waktu lama untuk terurai.
Bahkan, penguraiannya bisa 20-35 tahun.
Selain susah diurai, pembalut sekali pakai mengandung senyawa kimia Super Absorbent Polymer (SAP) sebanyak 42% yang akan berubah bentuk menjadi gel saat terkena air.
Apabila terurai dalam air, zat kimia ini dapat berbahaya bagi lingkungan.
Setiap orang setidaknya menghasilkan sebanyak 11.000 hingga 14.000 sampah pembalut sekali pakai semasa hidupnya.
Bayangkan saja, jika pembalut sekali pakai digunakan oleh wanita di seluruh Indonesia.
Berapa banyak sampah pembalut sekali pakai yang menumpuk?
Memang untuk mengurangi penggunaan pembalut sekali pakai tidak mudah, tetapi kita bisa memulai dari diri sendiri.
Sebagai pendiri Zero Waste Indonesia, Maurilla Sophianti Imron tidak menggunakan pembalut sekali pakai.
Maurilla Sophianti Imron menyarankan agar setiap wanita mulai mengganti pembalut sekali pakai dengan pembalut kain, menstrual cup dan menstrual underwear.
“Pembalut wanita adalah salah satu barang yang penguraiannya itu sulit bahkan banyak yang tidak bisa terurai juga sama sekali. Dia akan menumpuk saja.
Sedangkan, kalau kita memiliki mindset zero waste, kita mencari tahu sebenarnya ada alternatifnya. Alternatifnya adalah tiga macam. Yang pertama adalah cawan menstruasi atau menstrual cup,” ucapnya.
Menstrual cup merupakan produk pengganti pembalut yang berbentuk corong dan terbuat dari karet atau silikon.
Berbeda dengan pads, menstrual cup hanya berfungsi menampung darah menstruasi, bukan menyerapnya.
“Kita hanya butuh satu menstrual cup yang bisa bertahan 10 sampai 15 tahun. Dia terbuat dari silicon yang udah aman. Sistem menstrual cup adalah menampung dan tidak menyerap darah. Jadi, menstrual cup adalah salah satu alternatifnya,” tuturnya.
Sementara, pembalut kain memiliki bentuk yang sama dengan pembalut sekali pakai, dan juga memiliki sayap (wings).
Namun, pembalut kain tidak menempel dengan perekat, tapi menempel dengan kancing di ujung sayap yang diselipkan di celana dalam.
Pembalut ini terbuat dari beberapa lapis kain yang dipotong persegi panjang.
Kelebihan dari menggunakan pembalut kain adalah dapat digunakan kembali, sehingga lebih hemat biaya.
Sebagian besar pembalut kain diperkirakan dapat bertahan sampai lima tahun jika dirawat dengan benar dan kebersihannya tetap terjaga.
“Dan kedua adalah pembalut kain. Pembalut kain ini balik ke zaman dahulu sebenarnya, mbak. Cuman sekarang lebih canggih bentuknya seperti pembalut. Terus bahan dalamnya juga halus, bahan luarnya itu juga coraknya macam-macam, cantik-cantik. Itu bisa tahan sekitar 4 sampai 5 jam tergantung volume darah perempuan berbeda-beda ya. Dicuci kering dan pakai lagi. Ini mungkin lebih nyaman untuk teman-teman yang belum menikah,” jelasnya.
Adapula menstrual underwear yaitu, celana dalam dengan lapisan khusus anti-rembes pada saat menstruasi.
“Menstrual underwear bentuknya lucu. Seperti celana dalam tetapi didesign sedemikian rupa sehingga bisa menampung daerah menstruasi,” tambahnya.
Untuk memaksimalkan hidup yang bebas limbah, kita juga bisa menggunakan tas belanja yang dibawa sendiri dari rumah ketika berbelanja.
“Kita mulai dari satu hal yang paling cocok buat kita. Konsisten kuncinya dan berporgres.
Jangan berhenti di situ. Misalnya, kita punya tas plastik yang pernah kita dapatkan dari mana, bawa saja dari rumah karena reuse at is the best. Jadi, zero waste itu nggak harus membeli tas kain yang cantik-cantik dan mahal-mahal. Pakai aja apa yang ada dan tas kresek pun bisa dibawa juga untuk berbelanja,” tutur pemilik akun Instagram @murielimron tersebut.
Maurilla Sophianti Imron menjalani gaya hidup minim sampah dengan mengikuti prinsip zero waste yang terdiri dari 6R yaitu Rethink, Refuse, Reuse, Reduce, Recycle, dan Rot.
“Menurut aku, zero waste itu adalah cara berpikir atau mindset dan filosofi yang dijadikan sebagai gaya hidup untuk kita lebih kritis dalam mengonsumsi dan memaksimalkan sumber daya yang ada sehingga kita bisa menggunakan kembali produk-produk tersebut. Jadi, zero waste memang tujuannya adalah supaya kita tidak megirim sampah ke TPA. Atau lebih buruknya lagi, supaya sampah tidak dibakar atau dikubur. Pokoknya, tujuannya adalah kita sebisa mungkin tidak menghasilkan sampah yang kita buang begitu saja. Saat kita punya mindset tersebut, kita akan jadi lebih kritis dalam mengonsumsi,” kata Maurilla Sophianti Imron.
“Pun kalau misalnya harus mengonsumsi, kita tahu apa ya harus kita lakukan dengan sampah-sampah tersebut. Karena sampah-sampah itu sebetulnya bisa kita pilah, Kita bisa olah sendiri dan mengirim ke organisasi atau tempat-tempat yang mengolahnya. Memang harus ekstra effort (usaha).
Tetapi kalau kita punya mindset itu. Otomatis kita jadi lebih bijak dalam mengonsumsi atau lebih bijak dalam bertanggung jawab terhadap sampahnya. Jadi, jangan terlalu focus sama hasilnya. Jangan menghasilkan sampah berlebihan,” sambungnya.
Wanita yang juga memiliki channel YouTube dengan subscriber lebih dari 38 ribu itu juga tidak memberikan popok sekali pakai kepada buah hatinya.
Ia mengganti popok sekali pakai dengan cloth diapers atau popok modern yang bisa menampung banyak cairan.
“Dari zaman sahulu, sudah ada popok kain dengan bentuk seperti kain ditali. Seiring berjalannya waktu, teknologi berkembang. Sudah ada popok yang bentuknya sama persis dengan popok sekali pakai. Cuma popok tersebut terbuat dari kain dan bisa menahan pipis bayi sekitar empat jam.
Adapula popok bayi khusus untuk tengah malam yang bisa bertahan sampai delapan jam.
Jadi, sebetulnya it’s all about the mindset (semua tentang cara berpikir). All about (tentang) bagaimana kita mau mencari tahu sebenarnya alternatif dari sesuatu, karena bisa jadi jawabannya ada di depan mata,” terang Maurilla Sophianti Imron.
Menurut Maurilla Sophianti Imron, zero waste tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan, tetapi juga berdampak pada perekonomian.
“Manfaat zero waste itu nggak hanya untuk lingkungan, tetapi untuk ekonomi kita. Kita hidup jadi lebih sehat.
Karena tadi sudah disebut juga di pembalut wanita dan diapers di dalamnya mengandung zat kimia. Banyak hal-hal yang bisa membuat kulit kita sensitive dan ada efek sampingnya. Kalau pembalut kain, kita cuci sendiri di rumah, kita tahu bagaimana proses mencucinya. Itu kan juga lebih sehat untuk kita dan lebih hemat, sih,” katanya sembari tertawa.
Maurilla Sophianti Imron menyatakan, bahwa setiap individu memiliki kekuatan yang besar dalam membuat perubahan pada lingkungan hidup.
Dalam memulai gaya hidup zero waste, Maurilla Sophianti Imron menyarankan individu melakukan sesuatu dari yang paling mudah untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Agar kebiasaan hidup minim sampah bisa bertahan, Maurilla Sophianti Imron berharap setiap individu fokus pada apa yang bisa dilakukan, konsisten dan menghasilkan progres.
"Kita harus sadar bahwa kita semua itu memiliki power (kekuatan) yang besar dalam membuat perubahan.
Kita harus tahu bahwa kita punya power (kekuatan( itu. Kemudian, kita musti fokus pada hal yang bisa kita control.
Mulai dari hal yang paling mudah dan mampu kita lakukan hingga konsisten dengan itu.
Salah satunya mencari komunitas seperti Zero Waste Indonesia sebagai menjadi teman, menjadi supporting system agar termotivasi dan terinspirasi,” pungkasnya.
(TribunMadura.com/Elma Gloria Stevani)