Berita Ponorogo

Cerita Lusia Widiarini, Manfaatkan Potensi Desa dari Tanaman Janggelan hingga Omzet Rp 100 Juta

Penulis: Sofyan Candra Arif Sakti
Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Lusia Widiarini menunjukan produk dari bahan baku janggelan atau cincau hitam, Minggu (2/5/2021).

Reporter: Sofyan Arif Candra Sakti | Editor: Ayu Mufidah KS

TRIBUNMADURA.COM, PONOROGO - Desa Selur, Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo, diberkahi dengan berbagai tanaman yang tumbuh dengan subur.

Satu di antara tanaman yang tumbuh subur di sana, yakni janggelan atau cincau hitam (mesona palustris).

Dari situ, Lusia Widiarini melihat adanya potensi besar dari tanaman yang tumbuh di setiap sudut desanya itu.

Lusi mulai merintis usahanya pada tahun 2012, ia tertarik untuk mengolah janggelan karena sangat jarang orang yang memproduksi bahan makan atau minuman dari janggelan.

"Waktu itu bahan baku juga melimpah dan bahan murah sehingga tergerak untuk membuat olahan janggelan," kata Lusi, Minggu (2/5/2021).

Lusi membeli Janggelan dari petani di desanya yang memang membudidayakan Janggelan.

Baca juga: Kisah Inspiratif Pengusaha Sukses asal Madura Uswatun Hasanah, Modal Gadai Tanah hingga Omzet Rp2 M

Perkilogramnya ia membeli janggelan dengan harga hanya Rp 500.

Ia pun mulai merintis usahanya ditemani sang suami.

"Dulu awal sekali omzetnya hanya Rp 1 juta perbulan," kenangnya.

Namun, karena konsisten menjaga kualitas, usaha janggelan Lusi terus berkembang.

Kuncinya, selain menjaga kebersihan, Lusi tak ingin menggunakan pemanis buatan sebagai bahan pembuatan produksinya tersebut.

"Naik berapa pun harga gula, saya tetap menggunakan gula asli, tidak pewarna, dan perisa. Jadi kita berusaha terus meningkatkan kualitas," lanjutnya.

Saat ini, omzet janggelan produksi Lusi mencapai Rp 100 juta.

Bahkan saat bulan Ramadan dan Idul Fitri tiba, omzet penjualan nya bisa naik hingga 10 kali lipat.

"Kita juga ini meningkatkan pendapatan petani sehingga harga janggelan tidak terlalu rendah," jelas Lusi.

Baca juga: Manisnya Wajik Kletik, Jajanan Tradisional Khas Kediri yang Mulai Diburu Tiap Menjelang Lebaran

Saat ini, Janggelan di pasaran dijual dengan harga Rp 3ribu perkilogramnya.

Namun Lusi memilih untuk membeli Janggelan dengan harga Rp 8-10 ribu perkilogram.

"Kasihan petani, biar ndak kapok nanam Janggelan," lanjutnya.

Permintaan Janggelan Lusi tersebar di sejumlah daerah mulai dari Jawa Timur hingga luar pulau.

"Yang jauh ya sampai Kalimantan, Jakarta, kalau kirim rutinan ke Jogjakarta, Semarang, Surabaya Blitar, dan Batu," ucap Lusi.

Walaupun banyak kirim ke luar daerah, menurut Lusi permintaan paling banyak tetap berasal dari dalam Kabupaten Ponorogo.

"Saya belum berani promo keluar, karena memenuhi permintaan Ponorogo saja kewalahan," jelas Lusi.

Saat ini Lusi mempekerjakan 35 karyawan yang tak lain adalah tetangganya sendiri.

Dalam sehari, Lusi mampu memproduksi 1.500 botol Janggelan kemasan 350 mililiter.

Baca juga: Laris Manis saat Ramadan 2021 Tiba, Produsen Cincau Legendaris di Kota Malang ini Kebanjiran Order

Serta 18.500 cup isi 120 mililiter yang dikemas dalam satu kardus berisi 24 cup janggelan.

Menurut Lusi, selain menyegarkan, masyarakat Ponorogo menyukai Janggelan buatannya karena mengandung banyak khasiat bagi kesehatan.

"Mulai dari membantu mengatasi sembelit, panas dalam, maag, hingga darah tinggi, serta mengandung vitamin E yang bagus untuk kulit," jelasnya.

Selain diolah menjadi minuman, saat ini Lusi telah mengembangkan Janggelan menjadi olahan lain, salah satunya adalah camilan stik Janggelan.

Inovasi tersebut sebagai strategi pemasaran Lusi agar tidak terlalu berdampak dengan adanya Pandemi Covid-19.

"Memang pada awal Pandemi Covid-19 tahun lalu sangat berdampak. Omzet bisa turun sampai 50 persen," jelas Lusi.

Lusi tidak ingin sampai merumahkan karyawannya sehingga sebisa mungkin ia memutar otak agar Janggelannya bisa laku.

"Desa saya ini jauh dari kota, mau ke (kecamatan) Ponorogo saja butuh waktu satu jam," tutur dia.

"Kasian karyawan nanti mau kerja apa kalau dirumahkan," cerita Lusi.

Ketekunan Lusi dalam usaha Janggelan ini telah mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari banyak pihak, salah satunya penghargaan Upakarti UMKM dari pemerintah pusat yang diberikan pada akhir tahun 2020 lalu.

"Menurut saya, usaha Janggelan ini masih mempunyai potensi yang besar ke depannya. Sehingga jika ada yang bingung mau merintis usaha apa, saya sarankan usaha Janggelan saja," tutupnya.

Berita Terkini