Saat Ramadan kemarin, Mazir menerangkan, perkara perceraian yang masuk sempat menurun.
Ia menyebut, mungkin banyak masyarakat yang khusyuk beribadah, sehingga kalau ada masalah biasanya cenderung bisa meredam emosi.
Termasuk ada yang menahan diri belum mengajukan perkara, karena pertimbangan bulan suci Ramadan.
"Namun setelah lebaran, warga yang punya masalah seolah kembali meluap tidak terbendung, tidak bisa dipertahankan. Finalnya ngajukan cerai," katanya.
Dominannya faktor ekonomi sebagai penyebab perceraian di Lamongan, Mazir menanggapi bahwa hal itu akibat rentetan pandemi Covid-19 yang berdampak pada semua sendi kehidupan.
Akibat yang mencolok adalah terjadinya goncangan ekonomi yang membuat sejumlah pasangan tak mampu memenuhi kebutuhan rumah tangganya sehari-hari, dan ujung-ujungnya cerai.
Pernikahan yang dijalani dengan begitu sakral sudah seharusnya untuk memperkokoh rohani keluarga dan menghindari perceraian.
" Keluarga sakinah, mawaddah warohmah harus diperjuangkan melalui pengorbanan, upaya dan doa. Dengan harapan badai apapun tak menggoyahkan keutuhan rumah tangga," katanya.(Hanif Manshuri)