Menanggapi pertanyaan-pertanyaan itu, A hanya tertawa dan tidak berkata apa-apa.
Soal menyesal, tentu saja.
Namun setelah 2 tahun bekerja, dia terlalu bosan dengan lingkungan kantor yang serba mengekang.
Dulu, A harus bangun pagi dengan tepat waktu.
Belum lagi saat akhir pekan atau setiap hari libur ia dibanjiri deadline pekerjaan.
Selama libur panjang 3-5 hari, perusahaan menyusun kegiatan team building.
Terkadang ketika sedang berada di kampung halaman, jika ada pekerjaan mendesak dan ingin keluar, A harus menulis email untuk menyampaikan semuanya kepada pimpinan, kepala departemen, dan kemudian ke administrasi personalia.
Baca juga: Viral Kecelakaan Mobil Pajero hingga Terbalik di Depan TMP, Polres Pamekasan Keluarkan Maklumat
Baca juga: Pondok Gontor Tanggung Semua Biaya Indisen Kecelakaan Maut Bus Bawa Santri Pengabdian
Duduk dan menunggu bos membalas email adalah hal yang sangat menghabiskan waktu.
Setiap hari ketika pulang kerja, A merasa berat dan tidak ingin melakukan apa-apa lagi.
A mengaku banyak rekan driver ojolnya yang juga bergelar bagus.
Ia mencontohkan rekannya yang fasih 2 bahasa asing tapi masih berprofesi sebagai driver ojol.
Ada pula seorang rekan dari provinsi Ninh Binh, lulusan pedagogi, berbicara bahasa Inggris dengan sangat lancar.
Sebelumnya ia menjadi guru, namun setelah 3 tahun mengajar masih saja menjadi pegawai kontrak, dan belum ada ujian untuk merekrut PNS.
Setiap hari ia mengajar 4-5 pelajaran bahkan sampai tengah malam tetapi gajinya hanya Rp 4 juta - Rp 5 juta per bulan.
Ia tidak mencoba mengajar di bimbel untuk mendapatkan uang tambahan.