Kedua, santri mampu mempelajari lebih dalam tentang kajian kaidah bahasa arab yakni nahwu dan shorof. Hal ini dikarenakan mereka berkonsentrasi dalam mendengarkan bacaan sang kyai atau ustadz serta menuliskan makna setiap lafadz.
Maka dengan demikian akan terwujud kader ulama yang betul-betul mampu memahami al qur'an dan hadits dengan benar, karena ulama sepakat bahwa dalam memahami al qur'an dan hadits dibutuhkan kemampuan kaidah bahasa arab termasuk ilmu nahwu dan shorof.
Ketiga, membentuk karakter santri yang tertib dan disiplin waktu.
Hal ini dikarenakan jadwal pengajian ditentukan oleh pengampu pengajian sedangkan para santri termotivasi untuk mengikuti keseluruhan pengajian kitab yang mereka ikuti.
Maka dengan demikian akan terwujud kader santri yang sadar dan cerdas, seperti yang disampaikan oleh Abu Al Qasim Al Nasroabadzi, seorang ulama abad keempat Hijriyah dari naisabur tanah khurosan: 'Memperhatikan waktu adalah bagian dari tanda-tanda kesadaran (kecerdasan) seseorang'.
Keempat, santri mendapatkan pelajaran tambahan serta wawasan yang lebih luas dari kajian kitab kuning.
Karena biasanya kitab yang dikaji di pengajian kilatan bukanlah kitab yang dijadikan materi pelajaran di madrasah diniyah. Walaupun terkadang ada juga kyai atau ustadz yang mengkaji kitab dari materi pelajaran madrasah diniyah, akan tetapi tetap memiliki nuansa yang berbeda, dikarenakan ada pemaparan yang lebih luas bila dibandingkan dengan pengajaran di madrasah diniyah.
Hal ini tentu akan mewujudkan kader santri yang memiliki sifat rohmah serta kebesaran hati dalam menyikapi perbedaan pendapat seperti yang disampaikan oleh Ibnul Qoyyim dalam kitab Ighotsatu Lahafan
“Demikianlah seseorang... semakin ilmunya luas maka semakin luas pula kasih sayangnya. Tuhan kita rahmat-Nya meluasi segala sesuatu.”
Maka melalui tradisi pengajian kilatan di pondok pesantren akan memunculkan generasi santri yang juga kader bangsa yang cinta tradisi dan budaya, memiliki ilmu yang mendalam, kesadaran disiplin yang tinggi dan berwawasan luas serta memiliki cinta kasih sayang kepada sesama.
Inilah sifat-sifat yang dibutuhkan untuk pembentukan kader-kader bangsa saat ini yang siap mengantarkan masyarakat pada tatanan masyarakat yang agamis dan madani.
Informasi mengenai Hikmah Ramadan lainnya.