Mbah Hasyim merupakan seorang pendiri organisasi Islam terbesar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama (NU) dan ulama yang sangat dihormati oleh kalangan Nahdliyin.
Seperti diketahui, Mbah Klholil mendirikan dua pesantren; Jangkebuan dan Kademangan di Kota Bangkalan sebagai simbol perlawanan etik di masa penjajahan.
Kala itu, pesantren menjadi cara paling efektif dalam kegiatan syiar Islam sekaligus mengembalikan hak-hak dasar masyarakat di sektor pendidikan.
Mbah Kholil lahir pada 11 Jumadil Akhir 1235 H dan wafat pada 29 Ramadhan 1343 H atau di tahun 1925 Masehi.
Mbah Kholil akrab dikenal sebagai guru dari para ulama Indonesia, seperti KH Hasyim Asy'ari (1871-1947), KH Abdul Wahab Hasbullah (1888-1971), KH Bisri Syamsuri, dan sejumlah besar lainnya di Jawa.
Para murid Mbah Kholil itu menjelma sebagai ulama besar di nusantara.
Bersama Mbah Kholil, mereka berperan penting atas lahirnya Nahdlatul Ulama (NU).
Energi spiritualitasnya hingga saat ini mampu menjadi magnet bagi sebagian besar umat Islam untuk datang berziarah di komplek wisata religi Pesarean Mbah Kholil, Desa Martajasah, Kota Bangkalan.
Selepas berziarah, masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia hingga Malaysia juga berbondong menuju sebuah Bujuk Lagundih yang memiliki kolam air atau yang dikenal dengan sebutan Kolla Al Asror, di Kampung Lagundih, Desa Ujung Piring.
Dari wisata religi, jaraknya tidak lebih dari 1 KM ke arah barat. Lokasi Kolla Al-Asror itu disebut Bujuk Lagundih.
“Mbah Kholil menancapkan tongkatnya dan air kembali muncrat, sampai sekarang debit air tidak pernah surut."
"Sumber mata air itu awalnya ditemukan Kyai Asror, namun tidak terawat hingga tertutupi rawa, ditemukan lagi oleh Mbah Kholil,” ungkap juru rawat Kolla Al Asror, Abdul Jalil (70), warga Kampung Lagundih, Sabtu (11/3/2023).
Kyai Asror, berdasarkan silsilah yang disematkan pada tembok Bujuk Lagundih disebutkan, keturunan ketujuh dari Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah dan Siti Mutmainnah.
Sementara Mbah Kholil merupakan cicit dari Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah.
Jalil menjelaskan, keberadaan sumber mata air tak kunjung surut itu awalnya ditemukan oleh Kyai Asror.