TRIBUNMADURA.COM - Momen haru menyelimuti pertemuan Warga Negara Asing (WNA) asal Belanda dan warga Desa Logandeng, Kecamatan Karangdadap, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (11/6/2025).
Mereka tampak menangis saat berpelukan seolah melepas rindu.
Ternyata keduanya adalah ibu dan anak.
Mereka terpisah selama 42 tahun, terakhir ketika WN Belanda tersebut berusia 1 tahun.
Momen reuni itu lantas viral di media sosial usai diunggah oleh akun TikTok @batiktvofficial.
Warga negara Belanda bernama Desiree itu terlihat mengunjungi rumah Casriyah bersama suaminya.
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunMadura.com
Baca juga: Cinta Mahasiswa KKN dengan Bocah SD Bersemi di Pelaminan, Menikah Usai Bertahun-tahun Terpisah
Sang suami diketahui warga negara Maroko.
Dia mengenakan gamis hijau tua dengan jilbab hitam menutupi surainya.
Senyuman tampak menghiasi wajah Desiree.
Namun, wanita itu terharu begitu melihat wajah Casriyah yang berbaju merah maroon.
Hubungan ibu dan anak ini dikonfirmasi oleh Kepala Desa Logandeng, Kusnoto.
Dia membeberkan bahwa Casriyah pernah memiliki dua anak pada tahun 1982 dari pernikahan pertama.
Salah satu anak Casriyah saat itu diberi nama Kuniyah yang kini telah berganti menjadi Desiree.
Baca juga: Nasib Pria Dituduh Dukun Santet, Diusir Warga, Sempat Curhat Terpisah dari Istri Karena Fitnah
Casriyah bercerai dengan suaminya lalu menitipkan Desiree ke sebuah Yayasan di Jakarta.
Saat itu usia Desiree baru 1 tahun.
Sedangkan saudara laki-laki Desiree meninggal dunia.
Kemudian ada pasangan suami istri warga Negara Belanda yang tidak memiliki anak datang ke yayasan.
Pasangan itu lalu mengadopsi Kuniyah dan mengganti namanya menjadi Desiree.
Desire lalu dibawa ke Kota Laiden, Belanda.
Namun orangtua angkat Desiree kini telah meninggal dunia.
Desiree lalu mencari keberadaan ibu kandungnya setelah menemukan beberapa dokumen.
Bermondal fotocopy KTP usang, Desiree mulai melacak melacak keberadaan ibu kandungnya melalui Kantor Catatan Sipil.
Pihak Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Pekalongan lalu menhubungi Kepala Desa Logandeng.
"Dari pengakuan ibu tersebut, ada salah satu anak kandungnya itu dititipkan sama orang, untuk diasuh. Ternyata larinya sampai Belanda. Ibu Cariyah tidak tahu, informasi itu lalu saya padankan dengan dokumen yang dia (Desiree) bawa, KTP ibu Casriyah yang dulu, itu memang benar," ucap Kusnoto.
Awalnya pertemuan ibu dan anak ini masih canggung karena keterbatasan bahasa.
Baca juga: Gali Bukti Kasus Dugaan Asusila oleh Kiai di Jember, Polisi Periksa Kiai dan Bu Nyai Secara Terpisah
Sementara itu, pertemuan setelah terpisah lama dialami pula oleh pasangan suami dan istri di Trenggalek.
Mereka adalah Muhadi (72) dan Surti (65).
Suami istri ini sempat terpisah selama 30 tahun lamanya karena sang suami merantau ke Malaysia.
Pertemuan terakhir pasutri ini terjadi pada 1992.
Saat itu, Muhadi pamit kerja ke Malaysia.
Sempat saling kabar, keduanya lepas kontak sejak 2006. Muhadi berpindah-pindah mencari kerja hingga ke Sumatera Utara.
Baca juga: Inilah Cara Daftar di Aplikasi My Pertamina untuk Syarat Beli Pertalite, 11 Daerah ini Wajib Daftar
Sementara Surti dan empat orang anaknya juga pindah tempat tinggal dari Desa Kesambi, Kecamatan Bandung, Tulungagung ke Desa Ngadisuko, Kecamatan Durenan, Trenggalek.
Pertemuan Muhadi dan Surti menarik perhatian banyak warga.
Kedatangan Muhadi, Sabtu (28/6/2022) malam, mengundang pemasaran masyarakat sekitar. Mereka turut berkumpul menyaksikan pasangan yang kini tak muda lagi itu kembali bertemu setelah berpisah sekian lama.
Pertemuan Muhadi dan Surti terasa begitu kompleks. Ada suasana haru, bahagia, dan pencampuran rasa percaya-tak percaya.
Awal bertemu, keduanya juga terlihat saling canggung.
Hingga akhirnya pertemuan mereka menjadi lebih hangat dan cair karena kehadiran keempat anaknya.
"Sudah lama aku ingin pulang," kata Muhadi.
Belasan tahun terakhir, Muhadi hidup tinggal di Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.
Terakhir, ia tinggal di area perkebunan sawit di Desa Aek Korsik, Kecamatan Aek Kuo.
Desa itu berjarak 278 kilometer dari Medan. Atau 2.366 kilometer dari Trenggalek.
Pria yang kini sudah jadi kakek itu tinggal di gubuk berukuran sekitar 1 meter x 2 meter. Ia bekerja serabutan.
Baca juga: Bisikan Pulanglah Nak, Tuntun Wanita di Tuban Kembali ke Bapak di Bangkalan seusai 35 Tahun Terpisah
"[Aku] beli tiket dua kali. Gagal-gagal [pulang]. Ditipu," sambungnya.
Awal bekerja di Sumatera Utara, Muhadi sempat bekerja di perusahaan sebagai buruh. Ia beberapa kali mengirim uang untuk istri dan anaknya.
Sempat juga ia berbagi kabar. Terakhir, kabar ia sampaikan bahwa bencana Tsunami di Aceh tak berdampak baginya. Kabar itu ia sampaikan dua tahun setelah bencana atau 2006.
Selepas itu, Muhadi dan keluarganya tak pernah kembali berhubungan.
Di sana, Muhadi hidup susah karena pekerjaan makin tak pasti.
"Aku makan saja kurang. Seumpa aku kerja satu hari, [untuk] aku makan satu hari saja kurang," ucap dia.
Keluarga di Jawa Timur sebenarnya juga tak tinggal diam.
Ali Fattah, anak sulungnya, bahkan pernah berangkat ke Sumatera untuk mencari jejak ayahnya.
"Saya cari sampai ke Jambi. Tidak ketemu. Balik lagi karena kehabisan uang," terang Fattah.
Anak lainnya pun sempat berencana kembali menyusul dan mencari sang bapak. Tapi Fattah melarang karena takut adiknya ikut hilang.
Setelah itu, berbagai kabar simpang siur soal Muhadi didengar oleh keluarganya. Surti dan keempat anaknya sempat mendengar kabar bahwa Muhadi telah meninggal.
Mendengar kabar itu, mereka pun berusaha ikhlas dan menggelar yasinan.
Dipertemukannya bapak dan keluarganya itu berawal dari media sosial. Kabar soal keberadaan Muhadi yang ingin pulang ke Jatim sempat viral di Sumatera Utara.
Seorang warga yang tak sengaja bertemu dan mengobrol dengan Muhadi menyiarkan kabar itu ke berbagai penjuru.
Kabar itu kemudian didengar oleh Aiptu Haris Fadillah, personil Polres Labuhanbatu.
Atas izin atasannya, Haris menelisik keberadaan keluarga Muhadi lewat kenalannya sesama polisi di Tulungagung.
"Dari sana saya tahu keluarganya sudah pindah ke Trenggalek," kata Haris.
Lewat beberapa penghubung, Haris akhirnya bisa berhubungan dengan salah satu anak Muhadi.
Dari sana, komunikasi intens dijalankan. Ia juga sempat menghubungkan Muhadi dengan keluarganya lewat panggilan video.
Baca juga: Polisi Bekuk 3 Muncikari di Trenggalek, Sediakan Jasa Wanita Rp 200 Ribu di Warung hingga Hotel
Setelah bapak-anak itu saling bicara, mereka akhirnya yakin bahwa mereka adalah keluarga yang selama ini saling mencari.
Muhadi akhirnya bisa pulang ke keluarganya atas inisasi Polres Labuhanbatu dan Polres Trenggalek.
Diantar Harris, Muhadi menempuh perjalanan dua hari darat-udara untuk sampai di Bandara Juanda Surabaya di Sidoarjo, Selasa (2022) sore.
Dari Juanda, ia dijemput personil Polres Trenggalek dan dua anaknya hingga sampai Desa Ngadisuko.
Kapolres Trenggalek AKBP Dwiasi Wiyatputera mengatakan, bersyukur Muhadi dan keluarganya bisa kembali berkumpul.
"Alhamdulillah semua lancar sampai hari ini. Kami bisa mengantar Pak Muhadi kembali ke keluarganya," pungkasnya.
-----
Artikel ini telah tayang di tribunjateng.com
Berita viral lainnya.