Berita Sumenep

Siswa SD di Sumenep Tolak Makan MBG, Akhirnya Dimasukkan ke Kotak Bekal

Program Makan Bergizi Gratis atau MBG kembali mendapatkan penolakan. Kali ini para siswa SD di Sumenep menolak MBG.

Editor: Januar
Istimewa
Kompas.com 

TRIBUNMADURA.COM, SUMENEP- Program Makan Bergizi Gratis atau MBG kembali mendapatkan penolakan.

Kali ini para siswa SD di Sumenep menolak MBG.

Apa yang sebenarnya terjadi? 
 
Dilansir dari Kompas.com, program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, mulai mengalami penurunan minat di kalangan siswa. 

Pantauan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Pandian 1, Kecamatan Kota, menunjukkan bahwa sebagian besar siswa enggan menyantap makanan yang disediakan, meskipun makanan tersebut tersedia setiap hari. 

Kepala SDN Pandian 1, Kusniah, menyatakan bahwa banyak siswa sudah sarapan di rumah sebelum berangkat ke sekolah. 

“Kebanyakan anak-anak sudah sarapan dari rumahnya masing-masing,” ungkap Kusniah, Rabu (10/9/2025).

Faktor kebiasaan makan anak juga berkontribusi pada masalah ini.

Menurut Kusniah, anak-anak lebih akrab dengan makanan cepat saji dibandingkan dengan menu MBG yang sering kali tidak sesuai dengan selera mereka. 

“Anak-anak kan sudah biasa makan makanan cepat saji ya, jadi makanan yang bergizi, sehat, dan sayuran, kalau sayuran kurang berminat. Apalagi, ya mohon maaf, ini kadang tiada rasa. Ya rasanya itu kurang,” tambahnya. 

Kusniah juga mengungkapkan bahwa kualitas buah yang disajikan sering kali menurun ketika tiba di sekolah. 

“Kalau buah yang dikupas, seperti semangka, melon, itu sampai di sini rasanya sudah berbeda,” ujarnya.

Dia juga menambahkan bahwa kebosanan dengan menu yang sama setiap hari dapat menjadi penyebab kurangnya minat siswa terhadap MBG. 

“Mungkin karena setiap hari ya,” katanya. Akibat dari situasi ini, makanan MBG sering kali tersisa.

Guru di sekolah tersebut bahkan pernah membagikan sisa makanan kepada pengendara dan tukang becak yang melintas agar tidak terbuang. 

Tidak jarang, guru terpaksa membawa pulang makanan yang tidak dimakan oleh siswa. 

Untuk mengatasi masalah sisa makanan, pihak sekolah berinisiatif meminta setiap anak untuk membawa kotak bekal.

“Jadi mereka disuruh membawa kotak bekal, yang tidak mau makan di sekolah, itu dimasukkan ke kotak bekal dan dibawa pulang,” tutur Kusniah.

Kusniah juga menyarankan agar menu MBG disesuaikan dengan selera anak tanpa mengurangi nilai gizi. 

“Menurut saya, itu makannya disesuaikan dengan keinginan atau kesukaan makanan anak-anak. Misalnya pun sayuran, ya sayurannya dikemas supaya anak-anak itu mau untuk makan sayuran,” ujarnya.


Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunMadura.com

 

 

 

 

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved