Berita Surabaya

Ngerinya Pertempuran di Alun-alun Contong Surabaya di Tahun 1945, Pejuang Tembak 42 Musuh

Inilah kisah seorang veteran saat mengenang pertempuran Surabaya di tahun 1945.   Menurutnya pertempuran di Surabaya saat itu sangat menegangkan.

Editor: Januar
Kompas.com
Amad, veteran Pertempuran Surabaya yang berusia 103 tahun ditemui Kompas.com di kediaman anaknya di Sidoarjo pada Minggu (9/11/2025) 
Ringkasan Berita:
  • Amad, veteran berusia 103 tahun, mengenang perjuangan dalam Pertempuran Surabaya 1945, khususnya setelah peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato.
  • Para pejuang yang dipimpin Bung Tomo bertempur dengan persenjataan minim melawan pasukan Belanda yang lengkap. Surabaya dibombardir habis-habisan, banyak pejuang gugur tanpa pemakaman layak.
  • Amad masih mengingat jelas saat menumpas 42 musuh Belanda di kawasan Viaduk dekat Tugu Pahlawan, kenangan yang membuatnya masih terharu hingga kini.

 


TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA- Inilah kisah seorang veteran saat mengenang pertempuran Surabaya di tahun 1945.
 
Menurutnya pertempuran di Surabaya saat itu sangat menegangkan.
 
Dilansir dari Kompas.com, Amad, seorang veteran pejuang pertempuran Surabaya kini berusia 103 tahun.
 
Ia tak bisa melupakan momen saat para pejuang menumpas musuh di kawasan Viaduk.
 
Pasca-peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit) pada 19 September 1945, perlawanan dari para penjajah tak henti-hentinya menyerang Arek-arek Suroboyo. Belanda membombardir Surabaya dari segala sisi, baik jalur darat hingga udara.
 
Pasukan Arek-arek Suroboyo dipaksa mundur dengan serangan.

Baca juga: Veteran Kisahkan Mencekamnya Perang di Pamekasan: Banyak yang Gugur, Pengkhianat Bocorkan Rahasia


“Pejuang saat itu, bukan lagi anak Surabaya tetapi Indonesia karena ada dari Ambon, Sumatera, berkumpul semua,” kata Amad saat ditemui Kompas.com di rumahnya, Minggu (9/11/2025).

Dipimpin Bung Tomo

Amad bilang, saat itu usianya masih 23 tahun dan menjadi pejuang muda. Dipimpin oleh Bung Tomo, kobaran semangat dari para pejuang melawan penjajah Belanda di Surabaya tak pernah padam.

Belanda menyerang dengan persenjataan lengkap, sementara Arek-arek Suroboyo berbekal bambu runcing dan senjata milik Jepang yang diambil dari sebuah gudang.
 
“Dua hari tank-tank milik Belanda turun dari Kedungcowek, kita sebagian mundur dan bertahan di daerah Alun-alun Contong,” ujarnya. Di Alun-alun Contong, yang lokasinya hanya beberapa meter dari Tugu Pahlawan saat ini, menjadi tempat banyaknya pejuang Indonesia yang gugur karena serangan musuh.

 
“Belanda membombardir 10 sampai 20 kali, hancur Surabaya hanya kelihatan asap. Kami tidak makan layak, ada pepaya mentah kami makan untuk bertahan,” bebernya. Amad ingat betul, para pejuang yang gugur hanya ditutup sarung tanpa dikuburkan dengan layak.
 
Tidak sedikit pejuang yang gugur, jenazahnya dibuang begitu saja karena kondisi tidak memungkinkan.
 
Titik lain yang tak bisa Amad lupakan juga saat di Viaduk, lokasinya berada di area Tugu Pahlawan. Ia berhasil menumpas 42 musuh dengan bombardir tembakan.

 
“Saya ingat sama teman namanya Anwar. Kami bawa senjata Jepang saat di Viaduk ada 42 musuh dari Belanda baru turun dari truk. Saya langsung tembak semua, enggak ada yang bangun,” ungkap Amad. Tidak hanya pejuang dari Indonesia, ribuan musuh dari Belanda juga gugur dalam peristiwa itu.
 
“Saya selalu menangi kalau mengingat peristiwa itu,” kata Amad disambut tetesan air matanya saat mengingat kembali peristiwa di masa lalu.


 
informasi lengkap dan menarik lainnya di  Googlenews TribunMadura.com

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved