Berita Pamekasan
Batik 'Sapè Madhurâ' Karya Desainer Pamekasan Raih Juara di Ajang Sumenep Batik Festival 2018
Batik 'Sapè Madhurâ' Karya Desainer Pamekasan Raih Juara di Ajang Sumenep Batik Festival 2018.
Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Mujib Anwar
Laporan Wartawan TribunMadura.com, Kuswanto Ferdian
TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Senyum sumringah tersungging di bibir Herdyanto Wijaya usai mengikuti kompetisi Sumenep Batik Festival On The Street 2018 di areal depan Labang Mesem Keraton Sumenep, Madura.
Ini tak lepas dari prestasi Herdyanto Wijaya yang diraih oleh oleh para desainer muda dari Kota Pamekasan, yakni gelar Juara Harapan 2 di event Sumenep Batik Festival On The Street yang mengangkat tema Batik Nusantara ini.
Herdyanto Wijaya begitu percaya diri memamerkan hasil karyanya pada sejumlah bintang tamu. Yakni, Leny Agustini (Desainer Internasional), Athan Siahaan (Desainer Nasional), Imam Mustafa (Desainer Jawa Timur asal Kabupaten Sumenep), Bunga Jelitha Ibrani (Puteri Indonesia 2017), Joe Ricard (Artis Nasional), dan Agung Soedi Poetra (Koreografer).
"Saya kaget sekaligus senang. Karena kan itu tingkatnya nasional. Udah bisa masuk finalis dan berdiri disana aja udah seneng. Apalagi saya bisa berdiri sebagai juara harapan 2," ujarnya, kepada TribunMadura.com, Senin (24/12/2018).
Menurut Herdyanto Wijaya, batik yang ia garap merupakan perpaduan Batik abstrak dari Kota Sumenep dan batik Kota Pamekasan dengan design "Sapè Madhurâ" yang berhasil mendapat juara harapan dua katagori C Putra. Ia juga menceritakan proses penggarapan desain baju batiknya.
"Karena tema busananya adalah batik nusantara, jadi paduannya menggunakan wastra nusantara. Nah, ini yang bikin lama, lama memilih bahan paduannya. Akhirnya saya memutuskan memakai Lurik atbm dari Jogja, Batik angkin dari garut, Batik mega mendung Cirebon, Batik Pcook Rebbhung, poleng bhiru dari Pamekasan, Tenun NTT dan kain poleng dewa dari Bali," jelasnya.
"Yang saya garap ada 7, memang sudah syarat dari panitia. Proses rancangannnya hanya butuh 5 hari, tapi pengerjaannya butuh dua minggu," imbuh Herdyanto Wijaya.
Pihaknya berharap kepada para anak muda untuk terus berkarya sesuai bakat dan rasa masing-masing dalam mengolah batik Madura agar semakin mendunia.
"Batik bukan hanya sekadar budaya, tapi batik juga merupakan nadi perekonomian masyarakat Madura. Semoga para pemuda Pamekasan dan Madura semakin pandai mengolah dan mempromosikan batik kita," tegasnya.