Berita Surabaya
BBM Semakin Mahal, UKWMS Manfaatkan Kompor Briket Jadi Solusi, ini Tahapan Pembuatannya
Teknik Elektro dan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandala (FT UKWMS) untuk memanfaatkan barang-barang bekas, limbah sampah org
Penulis: Sulvi Sofiana | Editor: Aqwamit Torik
TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Sumber kekayaan bahan bakar di Indonesia selama ini memanfaatkan bahan bakar fosil yang jumlahnya terbatas. Untuk itu Teknologi Tepat guna diharapkan dapat menjadi solusi agar masyarakat mampu menggunakan energi alternatif selain bahan bakar fosil.
Hal ini memotivasi tim dosen Jurusan Teknik Industri, Teknik Elektro dan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandala (FT UKWMS) untuk memanfaatkan barang-barang bekas, limbah sampah organik sebagai solusi dari kelangkaan bahan bakar fosil.
Mereka adalah Yuliati, Suratno Lourentius, Setiyadi, dan Hadi Santoso yang membuat inovasi berupa alat pencetak Briket Arang atau Batubara dalam bentuk tablet dan tabung serta kompor briket untuk masyarakat.
• Agar Kembali Raih Adipura, Wakil Bupati Gresik Pimpin Upacara di Tempat Pembuangan Sampah
• Hari Peduli Sampah Nasional, Kapolres Pamekasan Bersih-Bersih di Sepanjang Jalan TPA Desa Angsanah
• Make Up Jawa Modern ala Nurhayati Dwi Kirana MUA, Ubah Warna Bibir Hingga Modivikasi Alis
“Awalnya ide ini tercetus saat mendengar banyak orang mengeluh ketika harga bahan bakar naik. Tentu saya prihatin, mengingat Indonesia begitu kaya akan energi. Hanya saja belum banyak yang tahu bagaimana cara memanfaatkan ataupun mengolahnya,” ungkap Hadi tentang latar belakang pembuatan inovasinya, Kamis (21/2/2019).
Baik alat pencetak briket arang dari limbah sampah organik maupun kompor briket, keduanya dibuat dengan memanfaatkan barang-barang bekas seperti kompor minyak gas yang sudah tidak terpakai.
Bahan pembuat arang briketnya sendiri bisa didapatkan dengan mengumpulkan sampah seperti dedaunan, ranting, serbuk gergaji, jerami maupun batok dan sabut kelapa yang telah kering.
• Usai Larang Bentor di Surabaya, Kini Dishub Kota Surabaya Sosialisasi ke Bengkel Perakit Bentor
• Arema FC Vs Persib Bandung, Sebanyak 1223 Aparat Keamanan Siap Amankan Laga Super Big Match
• Gelar Ujian Rekrutmen Pegawai P3K, Badan Kepegawaian Daerah Pilih Pakai Sistem Komputer UNBK SMA
Hadi menambahkan untuk membuat briketnya cukup mudah, terutama bagi mereka yang tinggal di pedesaan di mana secara alami masih terdapat banyak limbah sampah organik.
“Sebenarnya tidak menutup kemungkinan juga bagi warga kota yang pepohonannya cukup banyak seperti Surabaya saat ini,” ujarnya.
Saat ditemui di Fakultas Teknik UKWMS, dosen-dosen ini terlihat lihat menggunakan alat sederhana yang bisa dipakai dengan mudah oleh masyarakat.
Mulai dari cara pembuatan arang briket dari limbah sampah organik, proses pencetakan hingga penggunaan kompor briket inovasi mereka.
• Tudingan Earpice dan Pulpen Jokowi di Debat Publik, Alissa Wahid: Ketidakpercayaan Kepada Negara
• Bali United Disebut Terlibat Match Fixing Liga 1 Saat Jamu Persela, Begini Komentar Stefano Cugurra
“Pertama-tama, pilah sampah organiknya, jangan sampai tercampur dengan plastik atau barang tidak organik lainnya. Lalu sampah tersebut dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar matahari. Selanjutnya sampah dimasukkan ke dalam drum besi bekas dan dibakar dengan teknik pyrolysis yakni pembakaran dengan tingkat oksigen yang rendah hingga menjadi arang,” papar Setiyadi.
Alasan kadar oksigen harus dijaga adalah agar sampah tidak terbakar habis hingga menjadi abu. Tekniknya mudah saja, saat sampah sudah mulai terbakar merata, drum ditutup dan dibiarkan beberapa saat hingga apinya padam. Hasilnya adalah arang yang terwujud dari sampah yang sudah kering tersebut.
Arang tersebut kemudian diremas dan diayak sehingga menghasilkan bubuk arang yang halus.
“Sebagai perekat, kita gunakan tepung tapioka yang dilarutkan dalam air dan dididihkan sehingga mengental seperti lem,” tambah Suratno seraya memperagakan.
Tidak ada takaran khusus dalam mencampur bubuk arang dengan lem, yang penting tercampur rata sehingga adonan bisa dibentuk dengan tangan.