Berita Blitar

Kripik Pare Crispy Ala Sumiati, Pahit-Pahit yang Selalu Bikin Ketagihan

Pare Crispy Ala Sumiati, Pahit-Pahit yang Selalu Bikin Ketagihan dan Sukses Jadi Penyokong Ekonomi.

Penulis: Imam Taufiq | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNMADURA/IMAM TAUFIQ
Sumiati, Warga Dusun Tlogoarum RT 01 RW 07, Desa Sidorejo, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar menunjukkan Kripik Pare Crispy yang diproduksinya, Minggu (9/12/2018). 

TRIBUNMADURA.COM, BLITAR - Buah Pare yang selama ini dikenal pahit dan cenderung tak dimanfaatkan orang, di tangan orang-orang kreatif ternyata bisa mendatangkan rezeki. Salah satunya Ny Sumiati (58). Warga Dusun Tlogoarum RT 01 RW 07, Desa Sidorejo, Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar ini sukses menjadikan sumber ekonomi, lewat brand Kripik Pare Crispy.

Di tangan Sumiati, buah Pare yang rasanya sangat pahit itu disulap jadi kripik krispi. Sepintas, itu tak masuk akal. Bila tak mencoba, pasti kita terbayang rasanya, yang pahit. Namun begitu sekali mencicipinya, sepertinya kita tak mau berhenti karena rasanya cukup gurih. Memang, rasa pahitnya tak hilang total. Namun, justru itu menambah rasa kelezatan tersendiri karena kita tak cepat bosan atau kian ketagihan. Sebab, ada rasa pahit-pahit gurih.

"Iya, gurih-gurih pahit atau pahit-pahit gurih. Namun, enak, kita tak cepat bosan," tuturnya ditemui di rumahnya, Minggu (9/12/2018).

Mengapa Ny Sumiati kok punya ide kreatif, dengan membuat kripik Pare? Menurutnya, itu buah yang mudah tumbuh dan banyak tumbuh di pekarangan rumahnya. Kalau hanya dimasak seperti selama ini (dibuat sayur atau oseng pare), tak habis dan banyak terbuang. Akhirnya, ia memikirkan cara memanfaatkannya. Ketemu lah ide untuk membuat kripik Pare Crispy.

Ditambah, katanya, buah itu juga berkhasiat atau bisa jadi obat herbal, misalnya buat penyembuhan kolesterol, diabetes, dll. Namun, banyak orang yang tak suka mengkonsumsinya karena rasanya sangat pahit.

"Karena itu, saya olah jadi kripik, supaya orang suka memakannya karena rasa pahitnya tak mendominasi lagi," paparnya.

Untuk mengawalinya membuat kripik Pare, Sumiati mengaku tak mudah.

Dirinya harus berkali-kali mencobanya. Sebab, untuk menghilangkan rasa pahit itu bukan hal mudah meski sudah dihilangkan dengan berbagai cara. Begitu tahu caranya, ternyata tak sulit karena cukup direndam dengan air garam selama semalam. Dan, air rendaman itu harus sering diganti, supaya mempercepat hilangnya rasa pahit tersebut.

"Begitu kami produksi, ternyata laku keras. Apalagi harganya terjangkau atau Rp 10.000 per 100 gram (1 0ns)," paparnya.

Katanya, kini pesanan kripik pare buatannya tak hanya dikonsumsi warga sekitarnya. Dalam waktu dua tahun berproduksi, Sumiati mengaku punya banyak pelanggan, di antaranya, dari berbagai kota, seperti Malang, Tulungagung, Batu, bahkan Kalimantan.

Malah, seringkali dirinya mendapatkan pesanan dari TKI yang diluar negeri, seperti Taiwan, dan Hongkong. Lebih-lebih, Sumiati juga menjual lewat online, sehingga kian dikenal produksinya.

"Ya, sebulan kira-kira kami bisa menjual 70 kg bahkan sampai 1 kuintal. Untuk saat ini kami masih mengandalkan tanaman sendiri, nggak tahu nanti kalau ada orang yang menjual Pare ke saya, ya saya siap membelinya," ungkapnya.

Berapa penghasilannya, Sumiati menuturkan, karena Pare-nya menanam sendiri, ya keuntungannya lumayan. Misalnya, kalau memproduksi kripik sebanyak 1 kuintal, ia mendapatkan hasil Rp 5 juta.

Itu berarti dirinya mendapatkan keuntungan sekitar Rp 3,5 juta karena tak kepotong tenaga kerja. Itu dikerjakan sendiri, dirinya dan suaminya, Mujito (70).

"Cost-nya hanya buat beli minyak, tepung, dan plastik kemasan. Dan, perlu diketahui, kami nggak pakai pengawet sehingga bisa tahan sampai 5 bulan," tuturnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved