Berita Blitar
Kisah Antok, Pegawai Honorer yang Berpenghasilan Rp 15 Juta Per Bulan Berkat Usaha Ternak Kelinci
Kisah Antok, Pegawai Honorer yang Berpenghasilan Rp 15 Juta Per Bulan Berkat Usaha Ternak Kelinci.
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNMADURA.COM, BLITAR - Hidup dengan gaji sebagai pegawai honorer di sebuah instansi pemerintah, membuat Suyanto (30), warga Dusun Ngelaos, Desa Jatinom, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar itu harus memutar otak, untuk mencari penghasilan tambahan. Tentunya, tak mudah untuk mengawali usaha itu karena harus jatuh bangun.
Bahkan, Antok--panggilannya Suyanto pernah mencicipi beberapa usaha. Di antaranya, ternak burung namun hasilnya tak memuaskan. Akhirnya, tahun 2017 lalu, ia mencoba beternak Kelinci. Hasilnya, luar biasa karena usahanya itu kini menghasilkan keuntungan sekitar Rp 15 juta per bulan.
"Namun, kami masih tetap jadi honorer. Sebab, usaha itu bisa kami jalankan, sepulang dari kantor," ujar bapak satu anak ditemui di rumahnya, Kamis (28/2/2019) siang.
Meski kini ia sudah sukses jadi peternak kelinci, namun usahanya itu tak terlihat. Sebab, usahanya itu tak membutuhkan lahan luas melainkan cukup dilakukan di belakang rumahnya.
Ada sekitar 200 ekor kelinci betina atau indukan. Oleh Antok, itu disiapkan kandang atau bok-bok berukuran 80 cm x 80 cm, dengan jumlah sesuai indukan yang ia punya. Sebab, tiap kandang berisi satu ekor indukan.
"Untuk pejantannya, kami pisahkan. Dan, itu tak butuh banyak pejantan atau kami hanya punya 10 ekor, meski indukannya (betina)nya punya 200 ekor," ujarnya.
Memang idealnya, menurut Antok, dengan memelihara 200 betina, semestinya juga punya pejantan yang sebanyak jumlah betina.
Atau minimal separo lah, supaya tak sering memindah-mindah ke kandang indukan saat waktunya kawin. Cuma, Itu tak dilakukan karena buat mengirit pakannya jika jumlah pejantannya banyak.
"Ada plus minusnya. Kalau jumlah betina dan pejantannya seimbang, itu kami tak usah mimandah-mindahkan setiap waktu kawinnya. Dan, proses perkembang biaknya juga cepat. Cuma ya itu, biaya pakannya besar karena jumlah pejantannya seimbang dengan jumlah indukannya," paparnya.
Saat ini, ke-200 kandang itu berisi indukan semua. Dan, semuanya habis beranak. Rata-rata setiap indukan itu beranak enam sampai delapan ekor setiap sebulan sekali.
Karena itu, setiap berusia tiga bulan, anaknya harus dipisahkan. Namun, saat ini baru berusia dua sampai tiga bulan, itu sudah banyak yang memesan untuk dibelinya. Harganya Rp 150 ribu per ekor dengan berat sekitar 2 kg per ekor.
"Yang, laku di pasaran itu adalah yang anakan. Mungkin, saja dipelihara lagi. Untuk indukannya, kami biarkan sampai usia tiga tahun atau sampai kurang produktif, baru kami jual," ungkapnya.
Dengan harga segitu itu, Antok mengaku setiap hari rata-rata bisa menjual 20 ekor atau rata-rata 180 sampai 200 ekor per bulan.
Maka, keuntungan yang didapat cukup besar setiap bulannya. Bahkan, meski dikurangi biaya produksi, keuntungan dia masih banyak.
Sebab, makanan kelinci itu tak mahal dan mudah didapat, seperti rumput, katul, dan ambas tahu. Itu semua harganya cukup murah karena per 10 ekor hanya butuh biaya makan Rp 200 ribu per bulan.