Berita Jatim
Ketemu Dubes Tiongkok, Khofifah Mau Mawar Tak Berduri ke Jatim Demi Wujudkan Mimpinya 14 Tahun Lalu
Ketemu Dubes Tiongkok, Khofifah Ingin Mawar Tak Berduri ke Jatim Demi Mewujudkan Mimpinya 14 Tahun Lalu yang Terpendam.
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa ingin ada transfer teknologi dari Tiongkok untuk pengembangan mawar tak berduri di Provinsi Jatim. Pasalnya hal itu sudah menjadi mimpinya sejak 14 tahun yang lalu.
Hal itu ia sampaikan khusus pada Duta Besar Republik Rakyat Tiongkok untuk Indonesia Xiao Qian yang datang berkunjung ke Gedung Grahadi, Selasa (12/3/2019).
Gubernur perempuan pertama Jatim itu mengatakan ia beberapa kali berkunjung ke Tiongkok di tahun 2003 hingga 2006 lalu.
Tepatnya saat ia mendapatkan tugas dari KH Abdurrahman Wahid untuk belajar tentang pengentasan kemiskinan.
Saat itu ia diajak untuk mengunjungi berhektar-hektar area pertanian yang ditanami satu jenis tanaman yaitu bunga mawar.
"Warna mawar itu tidak bisa saya temukan di Indonesia. Mawarnya satu warna, peach begitu. Dan ternyata itu adalah warna trend dunia. Jadi kalau warna tren dunia saatbini peach ya ditanam peach, kalau purple (ungu) ya ditanam ungu," kata Khofifah.
Mengubah warna sesuai tren dunia di Tiongkok adalah suatu teknik yang mudah dilakukan di negeri Tirai Bambu itu. Hal itu menarik perhatian Khofifah.
Tidak sampai di sana, teknologi pengembangan bunga mawar di Tiongkok juga cukup canggih.
Bahkan bunga mawar di sana sudah bisa dijadwal kapan bisa mekar, di tanggal apa, waktu apa. Dan semua mawarnya sudah tanpa duri.
Menurut Khofifah teknologi pertanian untuk bunga mawar yang dikembangkan Tiongkok cukup potensial untuk diterapkan di Jawa Timur.
"Ini sangat bisa ditransformasikan di Jawa Timur. Terlebih rata-rata lahan pertanian yang dimiliki warga Jawa Timur itu 0,2 hektar. Kalau lahan segitu ditanami padi, profitnya sedikit sekali, tapi kalau ditanami mawar profitnya banyak sekali," tandas Khofifah.
Lahan yang bisa dikembangkan untuk bunga mawar bisa di Batu, Pacet, kawasan Bromo, Probolinggo, dan juga Pasuruan.
Maka jika program pengembangan tanaman mawar hasil tranfer teknologi mawar itu diterapkan untuk perempuan yang kepala keluarga yang miskin.
Kegiatan budidaya pertanian mawar ini sangat akrab dengan perempuan.
"Katakan perempuan kepala keluarga miskin ini bisa dapat KUR, mereka bisa sewa lahan. Tanah 0,2 hektar itu cukup untuk mengembangkan mawar," tegas mantan Menteri Sosial di Kabinet Kerja Jokowi ini.
Karenanya, dalam pertemuan dengan Dubes Tiongkok tersebut, Khofifah ingin transfer teknologi pertanian untuk mawar bisa disalurkan di Jawa Timur.
"Kalau saya inginnya teknologinya yang tanpa durinya dulu, sama teknologi yang bisa mengetahui mawar ini mekarnya kapan. Dengan gitu pangsa pasar bisa ke Singapura, ke negara tetangga, supaya nggak protol," tandasnya.
Tidak hanya bicara tentang teknologi pertanian pengembangan bunga mawar, Dubes Tiongkok untuk Indonesia itu juga menawarkan teknologi hilir bunga mawar.
Bunga mawar bukan hanya untuk hiasan dan pemanis suasana saja.
Melainkan juga untuk industri hilir yang lain. Mulai parfum, tempat kecantikan perempuan, dan juga untuk teh mawar.
Bahkan Khofifah bermimpi kelak bisa seperti Thaif di Makkah.
Disana banyak dijual produk bertema mawar. Mulai parfum dan semacamnya.
"Kalau tranfer teknologi khusus bunga mawar ini bisa dilakukan segera, dan disasarkan pada perempuan kepala keluarga yang miskin, akan mempercepat penyejahteraan mereka," pungkas Khofifah.