Kisah Pahit TKW Cirebon di Luar Negeri, Kerja Tak Manusiawi dan Pasrah Mati, Dua Orang Masih Hilang
Perlakuan yang kurang menyenangkan, kekerasan fisik, hingga soal gaji yang tidak dibayarkan, menjadi kasus yang tak pernah tuntas.
Turini menuturkan, pada saat kontrak awal dengan perusahaan penyalur tenaga kerja itu, ia hanya dijanjikan bekerja selama dua tahun, kemudian setelah dua tahun meminta untuk pulang namun tidak diizinkan.
"Saya bingung, mau pulang tapi tidak tahu jalan. Kampung di sana sangat sepi, majikan saya sangat kejam," kata Turini saat ditemui di Kantor Bupati Cirebon, Jalan Sunan Kalijaga, Kecamatan Sumber, Kabupaten Cirebon, Senin (21/7/2019).
Pada saat bekerja di keluarga tersebut, Turini mengaku pernah menuntut bayaran jasanya sebagai asisten rumah tangga, namun malah mendapatkan caci maki, meskipun belum pernah disiksa fisik.
Turini mengatakan, selama bekerja di Arab Saudi, ia sama sekali tidak pernah melakukan komunikasi baik melalui telepon atau pun surat dengan keluarganya di Kabupaten Cirebon.
"Saya pasrah, sudah berpikiran bakal mati di sana. Tidak manusiawi, kerja dari jam 7 pagi sampai jam 11 malam," katanya.
Kabar hilangnya Turini, diketahui muncul sejak pertengahan 2014, tanda-tanda keberadaan Turini muncul pada Maret 2019 dan langsung ditelusuri oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Arab Saudi.
• Bukan Terpeleset, Terkuak Sebab Kematian Pendaki Thoriq yang Jasadnya Ditemukan di Gunung Piramid
• Sempoyongan Pulang ke Rumah, Gadis Muda Madura Sehari Semalam Diperkosa 6 Pemuda saat Lagi Tak Sadar
2. Fitriyah
Berangkat pada Desember 2006, Fitriyah diberangkatakan oleh perusahaan jasa penyalur tenaga kerja untuk ke luar negeri yang berada di Jakarta, yakni PT Safika Jaya Utama.

Kedua orangtua Fitriyah, Marka (58) dan Sunia (54), saat ini hanya bisa memandangi lembar foto Fitriyah, anak ketiga dari empat bersaudara itu, anaknya tersebut terakhir berkomunikasi saat berangkat pada 2006.
Marka mengatakan, satu tahun setelah bekerja di Jeddah, Fitriyah sempat mengirimkan uang gaji tersebut kepada, namun tidak mampu berkomunikasi, karena pada saat itu yang menyampaikan adalah majikannya, yakni Mahmud Ibad Althuwairiqi.
"Yang telepon majikannya, tetapi sampai sekarang sulit," kata Marka di Blok Desa, Kecamatan Palimanan, Kamis (25/7/2019).
Perginya Fitriyah ke luar negeri, kata Marka, adalah kemauannya sendiri, lantaran Fitriyah ingin membahagiakan kedua orangtuanya dengan cara menjadi TKW, dengan harapan mendapatkan banyak pundi-pundi rupiah.
"Fitriya berangkat menjadi TKW setelah lima bulan lulus dari sekolah menengah atas (SMA)," katanya.
Ibu Fitriyah, Sunia, mengatakan, berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak keluarga untuk mencoba berkomunikasi dengan Fitriyah, namun sampai saat ini tidak pernah membuahkan hasil.
Sunia berharap, adanya perhatian dari pemerintah, sehingga Fitriyah dapat kembali pulang dan berkumpul dengan keluarga di Blok Desa, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon.