Berita Pamekasan
Kisah Muna Masyari Cerpenis Lokalitas Madura, Penjahit Pakaian dan Merangkai Cerita Pendeknya
Keterbatasan fisik tidak menjadikan Muna Masyari untuk berkarya dengan menulis cerita pendek.
Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
Keterbatasan fisik tidak menjadikan Muna Masyari untuk berkarya dengan menulis cerita pendek
Laporan Wartawan TribunMadura.com, Kuswanto Ferdian
TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Keterbatasan fisik tidak menjadikan Muna Masyari (32) membatasi mimpinya.
Wanita yang sehari-hari bekerja sebagai tukang jahit ini aktif menulis.
Dari tangannya, telah lahir banyak cerita pendek tentang lokalitas Madura di antaranya, Martabat Kematian (Kumpulan Cerpen, 2019) dan Tanah Air (Antologi Cerpen Pilihan Kompas, 2016).
• Daftar Ranking Girl Group Terpopuler Bulan September 2019, Red Velvet Kalahkan BLACKPINK dan TWICE
Lalu, ada Kasur Tanah (Kumpulan Cerpen Pilihan Kompas, 2017), Munajat Sesayat Doa (Kumpulan Puisi, 2011), dan Doa Yang Terapung (Kumpul Cerpen Pilihan Kompas 2018) yang diciptakannya.
Karya tulis warga Desa Larangan Badung, Kabupaten Pamekasan, itu bahkan banyak dimuat di berbagai media nasional.
Muna Masyari memang lahir dari kelurga yang kurang mampu.
Pendidikan terakhirnya, hanya mengenyam pendidikan SD dan masih tidak lulus.
Ia berhenti sekolah saat memasuki kelas enam SD.
• Tiga Kandidat Mendaftar Penjaringan Pilwali Surabaya 2020 melalui PDIP yang Berlangsung Tertutup
Masa kecilnya pun dihabiskan untuk membantu kedua orang tua.
Di sela-sela membantu orang tua, wanita berusia 34 tahun itu selalu menyempatkan diri membaca.
Kecintaannya itu, memotivasinya untuk menulis apa saja.
Menginjak remaja, Muna Masyari memberanikan diri menulis genre romance dan religi.
Setiap hari, tulisannya dituangkan dalam lembaran buku.