Berita Surabaya
Kisah Wisudawan Terbaik Universitas Airlangga, Belasan Tahun Mengamen hingga Jadi Atlet Panahan
Wisudawan terbaik Universitas Airlangga menceritakan pengalaman hidupnya hingga bisa meraih gelar sarjana.
Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
Wisudawan terbaik Universitas Airlangga menceritakan pengalaman hidupnya hingga bisa meraih gelar sarjana
TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Wisudawan terbaik 2019 Universitas Airlangga, Noviana menceritakan pengalaman hidupnya hingga bisa meraih gelar sarjana.
Tidak seperti mahasiswa pada umumnya, Noviana mengaku cukup kesulitan menempuh pendidikannya di Universitas Airlangga.
Bukan hanya kali ini, Noviana juga kesulitan menempuh pendidikannya sejak kecil.
• Kisah Sukses Anak Penarik Becak Raih Gelar Doktor di Kampus ITS, Tak Patah Semangat Meski Dicibir
• Kisah Muna Masyari Cerpenis Lokalitas Madura, Penjahit Pakaian dan Merangkai Cerita Pendeknya
Bahkan, gadis kelahiran 1995 itu mengamen untuk membiayai kebutuhan sehari-hari dan sekolahnya.
Noviana mengatakan, selain mengamen, pendapatannya juga berasal dari olahraga panahan.
Ia mengaku, mulai gemar dan mendalam olahraga panahan setelah dirinya kerap kali terciduk Liponsos Kota Surabaya.
"Waktu SMP, saya didatangi orang di Liponsos Keputih," kata Noviana, Selasa (10/9/2019).
"Waktu itu belum tahu siapa, ternyata Wali Kota Surabaya. Waktu itu Pak Bambang DH," sambung dia.
• Cerita Wisudawan Terbaik Universitas Airlangga, Pernah Jadi Pengamen untuk Biaya Hidup dan Sekolah
• Diduga Gara-Gara Sakit Hati saat Bergurau, Siswa SMP Tusuk Temannya Sendiri Pulang Sekolah
Noviana menceritakan, Bambang DH saat itu menanyakan apa yang dapat membuatnya berhenti mengamen di jalanan.
Putri dari Sutrisno dan Karyatiningsih ini pun meminta untuk memberikan pekerjaan kepada orang tuanya.
Saat itu, kata Noviana, orang tuanya masih bekerja sebagai tukang becak, namun terhenti karena sakit.
"Saya minta bapak dikasih pekerjaan dan kuliah lancar. Beliau menyanggupi itu," kenang Noviana.
Perlahan, Noviana berhenti mengamen di jalanan Kota Surabaya.

Ia memutuskan tidak lagi mencari rejeki di jalanan sejak duduk di bangku kelas 8 SMP,
"Sore sepulang sekolah, saya tidak ada kegiatan," jelas Noviana.
"Kalau ngamen, selalu diobrak lagi. Sama bapak juga dilarang lagi saat itu," sambung dia.
"Akhirnya saya ditaruh di panahan sama kakak, dari situ saya berlatih," tambahnya.
• Majelis Hakim Pengadilan Negeri Surabaya Tolak Eksepsi Hubert Henry Soal Surat Dakwaan Jaksa
• Komplotan Pencurian Uang Nasabah Bank di Bojonegoro Dibekuk Polisi, Lima Pelaku Masih Buron
Kegiatan latihan olahraga panahan itu lah yang menyibukan Noviana untuk tidak lagi kembali ke jalanan.
Anak ke empat dari delapan bersaudara itu lantas mulai menggemari olahraga panahan.
Tak lama setelahnya, Noviana mengikuti kejuaraan tingkat Provinsi Jawa Timur.
"Alhamdulillah. Saya dapat medali emas dan perak di Porprov Jatim mewakili Kontingen Surabaya," ungkap Noviana.
• Hiu Paus Berukuran 6 Meter Terdampar di Pantai Kajaran Lumajang, Polisi Beber Keadaan Terkininya
Saat memasuki kuliah, Noviana mulai menghentikan kegiatan olahraganya.
Ia beralasan ingin fokus dengan pendidikan perkuliahannya di Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
"Tahun pertama saya mulai mengurangi, tapi diajak jadi pelatih panahan di Surabaya," ucap dia.
"Saat mulai ngerasa waktu tersita saya kembali fokus mengejar ilmu dan magang di Unit Bantuan Hukum Unair," pungkasnya.
• Pemandu Lagu Belianya Dirudapaksa Pejabat Desa, Warkop di Tulungagung Disegel Petugas Satpol PP