Demonstrasi Berlangsung Ricuh, Polisi Kerap Tembakkan Gas Air Mata, Ternyata Begini Asal Usulnya

Ketika terjadi aksi demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat, seringkali kita pihak kepolisian mengeluarkan gas air mata.

Editor: Aqwamit Torik
Kolase TribunMadura.com (Sumber: Istimewa dan Kompas.com)
Ilustrasi polisi menembakkan gas air mata 

Demonstrasi Berlangsung Ricuh, Polisi Kerap Tembakkan Gas Air Mata, Ternyata Begini Sejarahnya

TRIBUNMADURA.COM - Demonstrasi mahasiswa terjadi di beberapa kota di Indonesia.

Demo Mahasiswa tersebut baru-baru ini terjadi karena penolakan terkait RUU KUHP, RUU KPK dan juga permasalahan yang lainnya.

Namun, terkadang aksi demonstrasi atau unjuk rasa berakhir ricuh.

Hal tersebut membuat polisi yang mengamankan jalannya demonstrasi mengeluarkan tembakan gas air mata.

Ketika terjadi aksi demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat, seringkali kita pihak kepolisian mengeluarkan gas air mata.

Gas air mata yang disemburkan ke arah kerumuman massa itu kerap diandalkan untuk memukul mundur demonstran.

Memang penggunaan gas air mata yang membuat mata pedih bahkan sesak napas tersebut seakan sudah akrab di zaman sekarang.

Pesta Miras di Warung Milik Emak-emak Cantik di Kediri, 4 Pemuda Akhirnya Ketahuan Orang Tuanya

Mahasiswa Kota Blitar Turun Jalan Tuntut Presiden Jokowi, Polisi Pilih Sidak Sekolah SMK dan SMA

Tak Malu Melakukan Hal Tak Terpuji di Restoran Surabaya, Dua Sejoli ini Dijebloskan ke Penjara

Lalu bagaimana sejarah dan asal-usul gas air mata yang kerap jadi alat pihak kepolisian untuk mengendalikan suasana?

Agustus 1914, para tentara Perancis menembakkan granat berisi gas kepada prajurit Jerman di kawasan perbatasan.

Perang yang disebut sebagai “Battle of the Frontiers” itu menjadi momen di mana gas air mata digunakan di berbagai belahan dunia.

Granat berisi gas tersebut merupakan buah karya ahli kimia Perancis.

Tujuan dibuatnya granat tersebut adalah untuk mengendalikan huru-hara, dan tujuan tersebut tidak berubah sampai saat ini.

Situs berita The Atlantic mengatakan, granat berisi gas tersebut digunakan untuk membuat mundur barikade.

Gas tersebut menimbulkan beragam reaksi seperti sakit mata, masalah pernafasan, iritasi kulit, pendarahan, bahkan kebutaan.

Halaman
123
Sumber: Intisari
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved