Berita Pamekasan

Pamekasan Menulis Tuai Kritik Kalangan Penulis Sejak Baru Dilaunching, Bupati Bereaksi Seperti ini

Penulis Buku Ludah Nabi di Lidah Syekh Raba mengkritik Pamekasan Menulis yang baru saja dilaunching Pemkab Pamekasan.

Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM/KUSWANTO FERDIAN
Penulis Buku Ludah Nabi di Lidah Syekh Raba yang sekaligus Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra di Universitas Madura, Royyan Julian. 

Royyan menyebut, sulit untuk mengubah kebiasaan orang dari tidak suka membaca buku untuk menjadi suka baca buku.

"Tidak semudah kata-kata motivator untuk merubah kebiasaan itu. Lalu tiba-tiba pemkab mau semua orang menulis dalam waktu tiga tahun ke depan?" katanya.

"Gimana bisa membuat orang suka menulis kalau tradisi membacanya tidak dibangun? Orang yang gemar membaca buku saja belum tentu bisa menulis," tegasnya.

Galakkan Cinta Literasi Kalangan Siswa, Komunitas Pamekasan Membaca Gelar Kompak Goes to Sekolah

Wanita Sepuh Jember Diduga Korban Pemerkosaan, Ditemukan Terlentang di Kasur dengan Leher Terluka

Menurut Royyan, membaca itu fardu ain, sedangkan menulis fardu kifayah.

Tidak hanya itu, kata Royyan, orang boleh tidak menulis, tetapi wajib membaca.

Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra di Universitas Madura itu juga menyebut, yang paling penting dari efek membaca, yaitu membangkitkan kesadaran seseorang.

Bagi Royyan, orang suka menulis itu bonus, yang merupakan konsekuensi dari membaca.

"Jadi, membacalah yang mestinya gencar dicanangkan pemkab, bukan menulis," sarannya.

Selain itu, kata Royyan, perpustakaan merupakan salah satu alat penting untuk membangun tradisi literasi masyarakat.

"Saat menyampaikan pidato, waktu bupati melaunching program Pamekasan Menulis itu sama sekali tidak menyinggung perpustakaan," katanya.

"Mungkin bupati merasa tidak ada masalah dengan perpustakaan daerah, atau bupati sama sekali tidak tahu apa yang terjadi di dalam perpustakaan daerah," keluhnya.

"Gedungnya memang bagus dan adem. Sayang, perpustakaan Pamekasan cuma dimanfaatkan pengunjung sebagai tempat nongkrong wifi gratis; juga pengunjung yang cuma mengerjakan tugas sekolah atau kuliah," sambung dia.

Bahkan menurut Royyan, kalau Bupati Pamekasan berkomitmen membangun Pamekasan sebagai kabupaten literasi, mestinya masalah buku bajakan sudah dibereskan terlebih dahulu.

"Bagaimana mungkin bupati punya itikad baik terhadap dunia literasi? sedangkan pembajakan buku yang menjadi ancaman paling serius penulis dan penerbit tidak diberantas?" ujar dia.

"Anak-anak muda di Pamekasan gemar membeli buku bajakan penulis idola mereka (termasuk buku bajakan dalam bentuk pdf)," ungkapnya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved