Berita Pamekasan
Gerakan Hapus Intoleran, GPIB Pamekasan Undang Berbagai Komunitas saat Puncak Perayaan Natal
Gerakan Hapus Intoleran, GPIB Pamekasan Undang Berbagai Komunitas saat Puncak Perayaan Natal
Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Mujib Anwar
Sedangkan Novie Chamelia Founder Komunitas Sivitas Khoteka Pamekasan mengatakan, jika undangan ini pengalaman kali pertama bagi komunitasnya untuk hadir dalam momentum 'Perayaan Natal' yang diisi dengan berbagai macam pementasan seni.
"Tema yang diangkat oleh GPIB Mahkota Hayat dalam momentum Perayaan Natal kali ini sangat bagus yang tujuannya untuk menangkis pemahaman radikalisme," katanya.
Novie juga mengutarakan, manusia dilahirkan ke muka bumi ini tidak memilih untuk lahir dari keluarga apa dan keyakinan apa yang dianut.
Sehingga sebagai manusia sudah sepatutnya untuk hidup saling rukun dan saling memghagari antar umat beragama.
"Kita sebagai umat beragama harus saling menjaga persahabatan serta kerukunan. Tidak untuk masuk menjadi mereka, tapi untuk saling mengenal," ucapnya.
Selain itu, Novie mengungkapkan bahwa saat ini sebagian antar umat manusia yang berbeda keyakinan, ketika dalam berkawan dengan seseorang yang berbeda agama hanya dijadikan sebagai ajang pamer dan eksis di media sosial saja.
Padahal hal tersebut menurut Novie tidaklah baik.
"Misal mereka mengaku orang bertoleransi dengan orang non muslim, tetapi dia tidak bisa bertoleransi dengan kaumnya sendiri dengan saudaranya sendiri ini kan miris," keluhnya.
Sementara Taufiqurrahman (26) Koordinator GUSDURian Pamekasan mengatakan, komunitasnya tampil di kegiatan GPIB Mahkota Hayat Pamekasan ini sudah beberapa kali.
Namun khusus undangan menghadiri pementasan 'Perayaan Natal' di GPIB Mahkota Hayat tersebu adalah pengalaman kali pertama.
"Karena jaringan GUSDURian di Pamekasan masih baru dirintis kisaran setahun dan ini kali pertama diundang di acara natalan," katanya.
Ia juga mengaku senang karena sudah diundang dalam acara ini.
Dengan adanya undangan tersebut bisa menghapus beberapa stigma di masyarakat tentang adanya intoleran.
"Jadi untuk mencegah hal itu kita sebagai kaum muslim, kita menghargai undangan itu dengan cara datang ke gereja ini, tetapi tetap dengan pakaian ala muslim biasa," ujarnya.
"Hal ini juga membuktikan bahwa kita semua ini satu rahim NKRI. Kalau bagi saya selama kita masih menyerupai manusia, kita hidup di muka bumi yang sama, maka kita pun juga sama adalah makhluk Tuhan," sambung dia.
Tidak hanya itu, Taufiqurrahman juga menilai dengan adanya undangan ini merupakan bentuk rasa menghargai untuk menghapus adanya intoleran dan radikalisme yang mungkin masih ada di wilayah Pamekasan.
"Saya berharap ke depan dalam kegiatan seperti ini bisa menjadi gerakan kemanuasian tanpa ada sekat keagamaan," harapnya.