Berita Pamekasan

Wujudkan Lingkungan Bebas Sampah, Warga Patemon Pamekasan Lakukan Aksi Gerakan Sadar Lingkungan

Gerakan Sadar Lingkungan itu diaplikasikan dengan cara mengolah barang bekas menjadi barang yang bermanfaat

Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Aqwamit Torik
TRIBUNMADURA.COM/KUSWANTO FERDIAN
Warga Kelurahan Patemon, Kecamatan Kota, Kabupaten Pamekasan, memamerkan hasil karyanya dari barang bekas yang dibuat vas bunga gantung, Minggu (5/1/2020). 

Wujudkan Lingkungan Bebas Sampah, Warga Patemon Pamekasan Lakukan Aksi Gerakan Sadar Lingkungan

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Kuswanto Ferdian

TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Sebagian warga Kelurahan Patemon, Kecamatan Kota, Kabupaten Pamekasan Madura, melakukan Gerakan Sadar Lingkungan (Gasal), Minggu (5/1/2020).

Gerakan Sadar Lingkungan itu diaplikasikan dengan cara mengolah barang bekas menjadi barang yang bermanfaat dengan menerapkan model Program Ecobrick dan Biopori.

Pantauan TribunMadura.com, sejumlah barang bakas hasil karya warga Patemon dijadikan berbagai varian produk yang unik, seperti pot, vas bunga gantung, vas bunga berbentuk angsa dan semacamnya.

Lurah Patemon, Akhmad Jonnaidi mengatakan, sebelum Gerakan Sadar Lingkungan ini digagas dan diterapkan oleh warganya, pihaknya terlebih dahulu melakukan sosialisasi kepada setiap warganya.

Sosialisasi yang diberikan saat itu, yakni memberikan wawasan tentang tata cara mengolah sampah plastik dan barang bekas menjadi barang yang bisa bernilai ekonomis, bermanfaat dan menghasilkan uang.

"Sebelumnya kami sudah melakukan Sosialisasi di beberapa Pertemuan RT/RW, pertemuan PKK, baik di PKK kelurahan maupun PKK RT," katanya.

"Bahkan terkadang saat kami memberikan sosialisasi juga dihadiri dari DLH, beberapa kali juga dihadiri langsung oleh Kepala DLH, Amin Jabir, guna menyampaikan bahwa sampah plastik yang sulit untuk diurai itu bisa dimanfaatkan buat Ecobrick, Biopori, vas bunga, pot bunga, media bibit bunga dan bibit tanaman," sambung dia.

Akhmad Jonnaidi juga mengaku pihaknya membeli sampah plastik dari warganya yang sudah dimasukkan ke dalam botol air mineral dengan ukuran kecil yang disebut Ecobrick tersebut dengan harga Rp. 1.000 rupiah.

Sedangkan untuk botol air mineral ukuran besar yang sudah diisi penuh sampah plastik dibeli dengan harga Rp. 2.000 rupiah.

"Hingga saat ini sampah plastik yang sudah dimasukkan kedalam botol mineral, baik ukuran kecil dan besar yang sudah kami beli dari warga ada sekitar dua karung," ujarnya.

Menurut Akhmad Jonnaidi memanfaatkan sampah model Ecobrick dan memanfaatkan barang bekas dengan model Biopori tersebut bisa digunakan untuk pembuatan kompos.

"Pemanfaatan barang bekas seperti kaleng cat, paralon bekas kita buat Biopori, kegunaannya ada 2, bisa untuk membuat pupuk organik yang berasal dari dedaunan, sampah rumah tangga atau sisa sayur-sayuran, kulit pisang, timun dan lain-lain," ungkapnya.

"Manfaat yang lain adalah sebagai serapan dan resapan air yang tujuannya adalah supaya air tidak langsung mengalir atau dibuang ke saluran yang mengarah ke sungai," sambungnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved