WASPADA, Perokok Jadi Sasaran Empuk Virus Corona yang Sudah masuk di Indonesia, Begini Penjelasannya
ternyata ada tipe gaya hidup yang mudah terserang virus corona. Satu di antaranya adalah mereka yang perokok rentan terkena virus corona.
WHO menunjukkan bahwa 52,1 persen pria China merokok, dibandingkan dengan hanya 2,7 persen wanita.
Di Inggris, 16,5 persen pria merokok, dibandingkan dengan 13 persen wanita.
Tingginya tingkat merokok juga dikaitkan dengan hasil yang lebih serius di SARS dan MERS.
Salah satu ahli penyakit pernapasan terkemuka di Inggris, Gisli Jenkins, profesor kedokteran eksperimental di Universitas Nottingham, mengatakan bahwa perokok memiliki tingkat penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang tinggi, suatu bentuk kerusakan paru-paru.
Dan orang dengan COPD beresiko tinggi pada umumnya penyakit pernapasan seperti virus corona baru.
Prof Jenkins mengatakan akan 'mencengangkan' jika perokok tidak memiliki risiko lebih besar terhadap Covid-19 daripada bukan perokok.
Ia juga mengatakan mungkin ada hubungan antara tingkat merokok yang tinggi dan tingkat keparahan penyakit.
"China memiliki tingkat COPD yang sangat tinggi dan juga memiliki tingkat pneumonia berat yang tinggi," ujar Prof Jenkins.
"Dalam virus corona khusus ini 15 persen dari populasi China yang telah terinfeksi memiliki penyakit pernafasan yang parah dan sekitar dua persen telah meninggal - di seluruh dunia penyakit ini tampaknya tidak seburuk itu," lanjutnya.
"Kita belum tahu mengapa itu terjadi - bisa jadi epidemi ini kemudian dalam evolusinya di seluruh dunia. Tetapi kita tahu bahwa di Tiongkok ada tingkat merokok dan COPD yang sangat tinggi," katanya.
Dr Sanjay Agrawal, ketua Kelompok Penasihat Tembakau Royal College of Physicians mengatakan, penelitian menunjukkan bahwa perokok dua kali lebih mungkin terkena pneumonia dibandingkan dengan bukan perokok.
"Mereka juga lebih mungkin terkena infeksi, dengan alasan bahwa merokok akan memengaruhi pertahanan Anda, sehingga Anda rentan terhadap infeksi virus dan bakteri," katanya.
Dia menambahkan bahwa strategi saat ini untuk mengelola penyakit ini difokuskan pada penahanan dan penundaan.
"Intinya adalah tidak pernah ada waktu yang buruk untuk berhenti. Anda akan melihat manfaat dalam beberapa hari, minggu, dan bulan."
"Jika Anda berhenti merokok hari ini, Anda akan mengurangi risiko (mengambil penyakit) dan dalam dua hingga tiga bulan Anda akan mendapat manfaat," katanya. (Tribunnews.com /Whiesa Daniswara)
Artikel ini telah tayang di Intisari Online yang berjudul Positif Virus Corona, 2 WNI Ini Dirawat di Jakarta: Kata Ilmuwan, Perokok Lebih Berisiko Tinggi Terinfeksi Virus Corona, Ini Alasannya