Virus Corona di Jawa Timur

52 Persen Penderita Covid-19 di Jatim Punya Gejala Awal Batuk, Dirut RSUD Dr Soetomo: Mutasi Virus

Ketua Gugus Kuratif Penanganan Covid-19 dr Joni Wahyuhadi mengatakan, 52 persen pasien kasus positif Covid-19 di Jawa Timur memiliki gejala batuk.

Penulis: Sofyan Candra Arif Sakti | Editor: Elma Gloria Stevani
KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo
Beda Batuk Gejala Covid-19 dan Batuk Biasa 

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Sofyan Arif Candra

TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Ketua Gugus Kuratif Penanganan Covid-19 Jawa Timur dr Joni Wahyuhadi mengatakan, 52 persen pasien kasus positif Covid-19 di Jawa Timur memiliki gejala batuk.

Kemudian, disusul dengan gejala pilek sebanyak 35 persen.

Boleh dikatakan, mayoritas gejala klinis yang dialami oleh pasien Covid-19 di Jawa Timur berbeda dengan pasien yang tinggal di Benua Eropa maupun di Kota Wuhan, China.

Jika di Benua Eropa, Amerika dan China, mayoritas gejala penderita Covid-19 adalah demam dengan suhu badan di atas 38 derajat Celcius dan sesak napas.

Namun di Jawa Timur, mayoritas penderita Covid-19 mempunyai gejala batuk dan pilek.

Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur, Joni Wahyuhadi mengungkapkan perbedaan gejala ini disebabkan karena tipe virus Sars Cov 2 yang menyerang juga berbeda.

Joni menjelaskan tipe virus Sars Cov 2 bermacam-macam mulai dari A, B, dan C.

Kapolres Sumenep Bagikan Sembako untuk Puluhan Nelayan Terdampak Covid-19 di Perairan Pulau Poteran

Seluruh Wilayah di Jatim Berstatus Zona Merah Covid-19, Tambah 115 Orang Jadi 1.649 Kasus Corona

Berbeda dengan Wuhan dan Singapura, Batuk dan Pilek Jadi Gejala Menonjol Dalam Kasus Covid-19 Jatim

"Di asia tenggara mayoritas sel virusnya tipe B beda dengan tipe A yang menyerang negara lain," kata dr Joni Wahyuhadi, Rabu (13/5/2020).

dr Joni Wahyuhadi menjelaskan, banyaknya jenis atau tipe virus ini karena virus terus bermutasi untuk berkembang.

"Asal induknya 1 tapi bermutasi, dia tidak bisa beranak jadi dia memecah diri untuk beranak pinak," lanjut Dirut RSUD Dr Soetomo Surabaya ini.

dr Joni Wahyuhadi  melanjutkan, angka kematian di Eropa dan Amerika akibat Covid-19 sangat tinggi sekali, padahal teknologi dan manajemen kesehatan di kedua benua tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan negara di Asia termasuk Indonesia.

"Jadi virulensinya lebih daripada yang di kita. Kita kan kelihatannya angka persentase kematiannya lebih tinggi tapi karena mungkin case nya tidak terdeteksi oleh kita. Kalau Casenya terdeteksi seluruhnya mungkin persentase nya tidak terlalu tinggi," kata dr Joni Wahyuhadi.

Namun bisa saja ketika seseorang terserang virus Sars Cov 2 dengan tipe yang sama, gejala klinis yang ditimbulkan berbeda.

7 TKI Ilegal asal Pamekasan Meninggal Dunia di Tempat Kerja, P4TKI Pastikan Bukan karena Covid-19

17 Pedagang Asal Tuban Reaktif Setelah Rapid Test di Pasar Bojonegoro, Gugus Tugas Tunggu Hasil Swab

Sampang Masuk Zona Merah Corona, Pasien Pertama Bekerja Sebagai Satpam di Pasar Rakyat Rongtengah

"Gejala klinis itu tergantung ketahanan tubuh, respon tubuh, dan jenis virusnya. Virulensinya sama tapi tergantung ketahanan tubuh menghadapi virus tersebut," imbuhnya.

dr Joni Wahyuhadi menyatakan, 52,1 persen pasien Covid-19 di Jawa Timur mengalami gejala klinis batuk, kemudian 35,1 persen pilek dan barulah demam 26,2 persen.

Setelah itu sesak nafas 24,7 persen, lemah 22,9 persen, menggigil 18,1 persen, sakit tenggorokan 17,1 persen, sakit otot 14,9 persen, mual dan muntah 13,5 persen, sakit kepala 13,5 persen, sakit perut 10,4 persen, lalu terakhir diare 7,5 persen.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved