Berita Jawa Timur
Pemprov Jatim Dorong Surplus Non Migas Lewat Peningkatan Ekspor Perhiasan dan Permata
Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus mendorong surplus perdagangan dari sektor non migas.
Penulis: Fatimatuz Zahroh | Editor: Elma Gloria Stevani
TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Pemerintah Provinsi Jawa Timur terus mendorong surplus perdagangan dari sektor non migas.
Hal ini lantaran jika dilihat dari sektor migas, Jawa Timur banyak terdampak akibat pandemi covid-19 yang tengah berlangsung di hampir seluruh negara di dunia.
Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa mengatakan, neraca perdagangan Jatim dari bulan Januari hingga Mei 2020 menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.
• Ramalan Zodiak Rabu 24 Juni 2020, Scorpio Persoalan Lama Muncul Kembali, Aquarius Introspeksi Diri
• Pasien Covid-19 di Sidoarjo Bisa Gunakan Hak Suara di Pilkada Serentak 2020, Ada TPS Khusus
• Ibu Hamil di Kota Malang Meninggal Dunia karena Covid-19, Sempat Alami Gagal Jantung dan Sesak Napas
"Tepatnya dengan nilai defisit yang mengecil, dari USD 1,43 miliar, menjadi USD 0,11 miliar," kata Khofifah, Selasa (23/6/2020).
Neraca perdagangan Jawa Timur memang menunjukkan nilai defisit pada Mei 2020.
Hal itu dikarenakan neraca perdagangan migas mengalami defisit yang lebih besar USD135,37 juta dibandingkan dengan neraca perdagangan non migas yang sebenarnya menunjukkan surplus USD 126,19 juta.
"Secara keseluruhan, kinerja perdagangan luar negeri periode Jatim periode Januari-Mei 2020 defisit USD 0,11 milyar. Terdiri dari neraca perdagangan migas defisit USD 1,32 milyar dan neraca perdagangan non migas surplus USD 1,21 milyar. Jadi kita surplus untuk neraca perdagangan non migas," terang gubernur perempuan pertama Jatim ini.
Dari data yang dihimpun, ekspor non migas Jatim periode Januari-Mei 2020 mengalami peningkatan signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Peningkatan ditunjukkan yaitu sebesar 1.828,57 persen (y-o-y), dari defisit USD 0,07 milyar menjadi surplus USD 1,21 milyar.
Komoditas perhiasan dan permata memberikan kontribusi terbesar yaitu 24,23 persen dan mencatatkan kenaikan terbesar yaitu 60,48 persen (y-o-y).
Peningkatan ekspor perhiasan atau permata ini ditengarai karena emas dapat digunakan sebagai sarana investasi yang aman dan memadai (safe heaven) di tengah ketidakpastian gejolak ekonomi akibat pandemi.
"Swiss adalah salah satu negara tujuan ekspor perhiasan/permata dan pada periode Jan-Mei 2020 nilai ekspor ke Swiss meningkat sebesar 231,39 persen (y-o-y)," tegas Khofifah Indar Parawansa.
Dan di masa pandemi ini terjadi penurunan signifikan pada komoditas impor utama Jatim, yaitu besi dan baja yang turun sebesar 29,28 persen (y-o-y).
• Fly Over Jembatan Kedungkandang Malang Dibangun, 2 Akses Jalan Ditutup, Berikut Jalur Alternatifnya
• Pengedar Pil Yarindo Sasar Pelajar di Surabaya & Sidoarjo, Fakta Baru Terungkap dari Peredaran Inex
• Polrestabes Surabaya Bongkar Jaringan Pengedar Pil Yarindo yang Efeknya Lebih Bahaya dari Pil Koplo
Yang menjadi permasalahan saat ini penurunan impor yang cukup signifikan, khususnya pada bahan baku atau penolong yang digunakan bagi industri di Jawa Timur.
Penurunan impor tersebut ditengarai akibat menurunnya aktivitas produksi industri di Jatim akibat adanya pemberlakuan pembatasan aktivitas masyarakat maupun perusahaan.