Breaking News

Berita Malang

BMKG Karangkates Prediksi Peristiwa Alam Membahayakan Terjadi Jika Tak Ada Gempa dalam Kurun 10 Hari

Pengamat Gempa BMKG Karangkates Malang khawatir jika dalam rentang waktu sepekan tidak terjadi gempa bumi.

Penulis: Erwin Wicaksono | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM/ERWIN WICAKSONO
alat pendeteksi gempa dan tsunami di Stasiun Geofisika III Karangkates Malang, Selasa (29/9/2020). 

TRIBUNMADURA.COM, MALANG - Pengamat Gempa BMKG Karangkates Malang, Agus Purwantono mengaku, khawatir jika dalam rentang waktu sepekan tidak terjadi gempa bumi.

"Kondisi yang mengkhawatirkan adalah, jika dalam 10 hari atau sepekan tidak ada gempa," kata Agus Purwantono, ketika dikonfirmasi, Selasa (29/9/2020).

Agus menganalisa, kondisi tersebut bisa saja menimbulkan peristiwa alam yang membahayakan.

Potensi Gempa di Selatan Pulau Jawa Bukan Omong Kosong, BMKG Karangkates Singgung Prediksi Tsunami

Potensi Tsunami di Wilayah Selatan Pulau Jawa, BPBD Lumajang Pasang Rambu Evakuasi Pesisir Pantai

Massa Demo di Kantor Kejari Pamekasan Tuntut Kepala DLH Amin Jabir Ditangkap Atas Dugaan Korupsi

Analisa tersebut, lanjut dia, didasarkan pada prediksi tekanan besar dari lempeng bumi.

"Karena dikhawatirkan ada tekanan lempeng yang sangat besar. Sehingga kondisi tersebut bisa memunculkan gempa besar," terang Agus.

Ia menjelaskan, ritme gempa bumi ideal justru terjadi setiap hari.

Kata Agus, ritme gempa di pesisir Selatan Jawa Timur masih wajar-wajar saja.

"Ritme dalam 10 hari terakhir ada 19 gempa bumi. Magnitudonya beragam. Ini termasuk ritme yang wajar," beber Agus.

Di sisi lain, Kepala BMKG Karangkates Malang, Musripan menyatakan jika wilayah Kabupaten Malang termasuk wilayah rawan terjadi gempa bumi.

"Jadi sepanjang pantai Selatan Jawa bukan hanya Malang," ucap dia.

Kondisi alat pendeteksi gempa dan tsunami di Stasiun Geofisika III Karangkates Malang, Selasa (29/9/2020).
Kondisi alat pendeteksi gempa dan tsunami di Stasiun Geofisika III Karangkates Malang, Selasa (29/9/2020). (TRIBUNMADURA.COM/ERWIN WICAKSONO)

TNI dan Polri Gelar Apel Bersama, Sinergi Tingkatkan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan di Pamekasan

Satpol PP Tutup Paksa Puluhan Toko Swalayan di Kota Mojokerto yang Tak Perbarui Izin Usaha

"Karena di situ pertemuan lempengnya kira-kira 100 kilometer sampai 150 kilometer dari bibir pantai Selatan Jawa," kata Musripan.

Karena berada di Selatan Pulau Jawa, Kabupaten Malang berpotensi terjadi gempa bumi dengan magnitudo besar.

"Malang termasuk area Selatan Jawa. Jadi berpotensi terjadi gempa besar," jelas Musripan. (ew)

Bukan Isapan Jempol

BMKG Karangkates Malang menyebut jika riset ilmiah mengenai potensi terjadinya gempa besar di pesisir Selatan Pulau Jawa bukan omong kosong. 

Hanya saja, BMKG Karangkates belum bisa memastikan kapan terjadinya gempa di pesisir Selatan Pulau Jawa tersebut.

"Karena gempa itu pasti terjadi, (prediksi) kapan waktunya (terjadi) kami tidak tahu," terang Musripan.

Musripan menyebut, ada beberapa penjelasan logis terkait terjadinya peristiwa alam yang sukar diprediksi tersebut.

Kata dia, riwayat terjadinya gempa pada masa lampau, turut mempengaruhi potensi terjadinya gempa pada masa kini.

Dia menerangkan riwayat terjadinya gempa di Jawa pada beberapa dekade terakhir.

Seperti peristiwa gempa besar yang terjadi di Banyuwangi pada tahun 1994 dan Pangandaran pada tahun 2006.

"Maka dari itu para ahli menamakan rentetan peristiwa itu sebagai Zona Gap," ujar dia.

"Asumsinya, energi itu masuk dalam tahap pengumpulan," terang Musripan.

Musripan tak menampik hasil riset tentang potensi terjadinya gempa besar di Selatan Pulau Jawa.

Riwayat gempa yang pernah terjadi dan jarak waktu gempa yang bervariatif menguatkan riset tersebut bukanlah kabar bohong.

"Namun, kalau gempanya terjadi bersamaan, maka akan menimbulkan gempa besar dan tsunami," jelas Musripan.

Ketika ditanya potensi gelombang tsunami besar, Musripan menerangkan, peristiwa alam tersebut bisa saja terjadi di Selatan Pulau Jawa.

"Perkiraan pesisir Selatan Jawa Barat bisa 20 meter dan Jawa Timur 12 meter," ucap Musripan.

Frekuensi gempa yang terjadi di Selatan Kabupaten Malang sejak bulan Agustus 2020 telah terjadi lebih dari 50 gempa dengan magnitudo kecil.

"Agustus kemarin sekitar 80an gempa," jelas Musripan.

Musripan meminta masyarakat tidak panik menyikapi potensi terjadinya gempa.

Menggali pengetahuan tentang mitigasi bencana, kata dia, akan lebih bermanfaat daripada terbelenggu kecemasan.

"Mitigasi masyarakat yang terpenting," ujar Musripan.

Musripan memastikan, alat deteksi dini tsunami di wilayahnya berfungsi dengan baik.

Kata dia, Kabupaten Malang memiliki jumlah Warning Receiver System atau pendeteksi dini gempa dan tsunami terbanyak di Jawa Timur.

Wilayah yang memiliki 33 kecamatan itu memiliko empat WRS yang tersebar di beberapa wilayah​

Di antaranya berlokasi di Kantor Bupati Malang Kepanjen, Kantor BMKG dan Desa Sidodadi Kecamatan Gedangan. (ew)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved