Wabah Virus Corona

Simak Perbedaan Vaksin Sinovac dan AstraZeneca, Lebih Efektif Mana Memutus Penyebaran Covid-19?

Sama seperti vaksin Sinovac, vaksin AstraZeneca juga digunakan untuk program vaksinasi massal pemerintah guna memutus mata rantai penularan Covid-19.

Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
TRIBUNMADURA.COM/ACHMAD ZAIMUL HAQ
Tenaga medis melakukan pengambilan vaksin Covid-19 Sinovac, Kamis (14/1/2021). 

Editor: Ayu Mufidah KS

TRIBUNMADURA.COM - Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur mengeluarkan fatwa status vaksin AstraZeneca.

Dalam konferensi pers di Surabaya, Senin (22/3/2021), Komisi Fatwa MUI Jatim mengumumkan jika vaksin AstraZeneca adalah suci dan halal.

Sebelumnya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan izin edar darurat terhadap dua vaksin Covid-1,  yakni vaksin buatan Sinovac dan AstraZeneca.

Baca juga: MUI Jatim Umumkan Fatwa Status Vaksin AstraZeneca Halal, Ini Hasil Kajian dan Aspek yang Dilakukan

Baca juga: BERITA TERPOPULER MADURA: Kondisi Eks Gedung Diskumnaker Sampang hingga Pengungkapan Kasus Narkoba

Sama seperti vaksin Sinovac, vaksin AstraZeneca juga digunakan untuk program vaksinasi massal pemerintah guna memutus mata rantai penularan Covid-19.

Lantas, apa perbedaan antara vaksin Sinovac dan AstraZeneca?

Vaksin dari Sinovac merupakan buatan perusahaan biofarmasi asal China, yakni Sinovac.

Nama asli vaksin tersebut sedianya ialah CoronaVac. 

Sedangkan vaksin AstraZeneca merupakan vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi dari Inggris AstraZeneca beserta Oxford University.

Keduanya sama-sama telah lulus uji keamanan dan efikasi sehingga layak digunakan utnuk vaksinasi Covid-19 secara massal.

Keduanya juga sama-sama bisa disimpan di suhu yang tak terlalu rendah yakni di kisaran 2-8 derajat celsius sehingga memudahkan proses distribusi dan penyimpanan.

Kendati demikian ada sejumlah perbedaan di antara kedua vaksin tersebut mulai dari tingkat efikasi, skema pengadaan, hingga harga.

Berikut paparannya:

Baca juga: Tahap Seleksi Calon Paskibraka 2021 di Sampang Digelar Mulai Hari ini, 165 Peserta Siap Bersaing

Baca juga: Lewati Tikungan, Mobil Sedan Oleng hingga Terperosok ke Jurang di Lumajang, Sopir Tewas di Lokasi

1. Efikasi vaksin Sinovac lebih tinggi daripada AstraZeneca

Tingkat efikasi (kemanjuran) vaksin Sinovac lebih tinggi daripada vaksin buatan AstraZeneca.

Vaksin Sinovac versi BPOM memiliki tingkat efikasi sebesar 65,3 persen.

Adapun vaksin produksi AstraZeneca memiliki tinkgat efikasi sebesar 62,1 persen versi BPOM.

Dengan demikian, vaksin produksi Sinovac memiliki tingkat kemanjuran yang lebih tinggi dibandingkan dengan vaksin buatan AstraZeneca.

2. Harga vaksin AstraZeneca lebih murah 

Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 dari Bio Farma Bambang Heriyanto sebelumnya mengatakan harga vaksin Sinovac diperkirakan mencapai Rp 200.000 per dosis.

Adapun harga vaksin buatan AstraZeneca berkisar antara 3-4 dollar AS.

Dengan demikian vaksin buatan Sinovac lebih mahal ketimbang AstraZeneca.

Jika dirupiahkan dengan kurs saat ini, maka harga satu dosis vaksin AstraZeneca berkisar antara Rp 43.000 hingga RP 58.000.

3. Skema pengadaan

Vaksin produksi Sinovac diperoleh Indonesia lewat kerja sama antara pemerintah Indonesia lewat BUMN PT Bio Farma dengan perusahaan biofarmasi asal China, Sinovac.

Pengadaan vaksin dari Sinovac dilakukan melalui mekanisme pembelian secara bisnis lewat proses diplomasi bilateral.

Adapun pengadaan vaksin AstraZeneca dilakukan melalui jalur multilateral.

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, upaya pengadaan vaksin Covid-19 lewat jalur multilateral terus dilakukan Indonesia.

Menurut dia, Indonesia bisa mendapatkan vaksin Covid-19 sebanyak 3 sampai 20 persen jumlah penduduk lewat jalur multilateral melalui fasilitas Covax.

Salah satu vaksin yang didapat ialah dari AstraZeneca.

4. Lokasi uji klinis

Vaksin produksi Sinovac menjalani uji klinis di China, Indonesia, Turki, Brazil, dan Bangladesh.

Sedangkan vaksin buatan AstraZeneca menjalani uji klinis di Inggris, Australia, dan Amerika Serikat (AS).

Hasil efikasi yang didapat dari masing0masing lokasi bisa berbeda. Di Turki, efikasi vaksin Sinovac mencapai 91,25 persen.

Sedangkan di Indonesia efikasinya 65,3 persen. Demikian pula vaksin buatan AstraZeneca.

Di negara-negara yang telah menjadi lokasi uji klinis vaksin AstraZeneca menunjukkan efikasi rata-rata sebesar 70 persen.

Di Indonesia, BPOM mengumumkan efikasi vaksin AstraZeneca sebesar 62,1 persen. 

5. Basis platform vaksin

Vaksin AstraZeneca menggunakan vektor adenovirus simpanse sebagai platform awalnya.

Ini berarti bahwa tim pengembang vaksin mengambil virus yang biasanya menginfeksi simpanse, dan dimodifikasi secara genetik untuk menghindari kemungkinan konsekuensi penyakit pada manusia.

Virus yang dimodifikasi ini membawa sebagian dari Covid-19 coronavirus yang disebut protein spike, bagian menonjol seperti paku yang ada di permukaan virus corona SARS-CoV-2.

Saat vaksin dikirim ke sel manusia, ini memicu respons kekebalan terhadap protein spike, menghasilkan antibodi dan sel memori yang akan mampu mengenali virus penyebab Covid-19.

Vaksin vektor adenovirus telah dikembangkan sejak lama, khususnya untuk melawan malaria, HIV, dan Ebola. 

Sementara vaksin yang dibuat Sinovac menggunakan inactivated virus atau virus utuh yang sudah dimatikan.

Tujuannya adalah memicu sistem kekebalan tubuh terhadap virus tanpa menimbulkan respons penyakit yang serius.

Metode inactivated virus adalah metode yang sering dipakai dalam pengembangan vaksin lain seperti polio dan flu.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Perbedaan Vaksin AstraZeneca dan Sinovac, dari Tingkat Kemanjuran hingga Harga"

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved