Berita Pamekasan
Marak Aksi Terorisme di Indonesia, Tiga Bagian Ini Disebut Paling Berbahaya, Tim Infiltran Pertama
Kelompok teroris di Indonesia dinilai terorganisir dengan baik saat melakukan aksi terorisme.
Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
Reporter: Kuswanto Ferdian | Editor: Ayu Mufidah KS
TRIBUNMADURA.COM, PAMEKASAN - Maraknya aksi terorisme belakangan ini menimbulkan banyak perdebatan di media sosial.
Ada sebagian oknum yang menyebarkan narasi hingga humor politik.
Ada pula yang membuat statemen dugaan yang menarasikan bahwa rentetan aksi terorisme ini rekayasa Polri belaka.
Terkait gonjang-ganjing di media sosial tersebut, pendiri Komisi Pemberantasan Wahabi Republik Indonesia (KPW RI), Firman Syah Ali angkat bicara.
Baca juga: Dikenal Kerja Jadi Tukang Ojek, Terduga Teroris di Tuban Abu Umar Kedapatan Warga Pulang Malam Hari
Baca juga: Tim Densus 88 Temukan Buku Amaliah Jihad hingga Kotak Amal di Rumah Terduga Teroris di Surabaya
Baca juga: BERITA MADURA TERPOPULER: Penggagas Bahasa Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional hingga Vaksinasi Guru
irman Syah Ali mengingatkan bahwa terorisme di Indonesia merupakan kelompok kebatilan yang terorganisir dengan baik dan rapi.
Sedangkan masyarakat antiterorisme cenderung sporadis dan tidak punya gerak langkah bersama yang efektif dan efesien.
"Kelompok teroris di Indonesia terorganisir dengan baik, para jihadis yang ngebom ke sana kemari itu hanyalah petugas lapangan yang tidak seberapa bahaya dibandingkan sistem yang menggerakkan merek," kata Firman Syah Ali kepada TribunMadura.com, Jumat (2/4/2021).
Bendahara Umum PW IKA PMII Jatim ini juga menjelaskan, bahwa organisasi teroris bersifat ekstra rahasia, mirip organisasi mafia.
Kata dia, ada oknum yang bertugas sebagai eksekutor, yaitu tukang bom di lapangan
Selain itu pula, ada bagian think tank, bagian fundraiser, bagian investor, bagian tim kreatif, bagian tim infiltrasi, dan bagian tim media sosial.
"Pokoknya lengkap," beber Firman.
Keponakan Mahfud MD ini memperingatkan masyarakat jangan menganggap teroris hanya para bomber.

Baca juga: Banyak Jalan di Tulungagung Berlubang, Nur Hasyim Galang Donasi Paving, Prihatin Jatuhnya Korban
Baca juga: Tinggal Sendirian, Gadis Yatim Piatu Jadi Korban Pelecehan Tetangga, Kini Trauma hingga Pindah Rumah
Menurutnya, teroris itu sangat lengkap mulai perencana, pengarah, pelaksana, pengawas dan sebagainya.
"Ingat baik-baik, saat ini media sosial adalah lokasi utama para teroris mengembang-biakkan ajaran gilanya," bebernya.
"Tatkala teman-temanya ngebom di lapangan, tim media sosial langsung bergerak dengan seribu satu cara untuk memutar-balik fakta, mengaburkan fakta dan sebagainya," tambahnya.
"Masyarakat harus sadar ini, sebab cara mereka sangat licin, licik dan halus, bahkan seolah-olah mereka pro NKRI dan memang sebagian mereka merupakan aparatur negara, iki wes angel," lanjut pendiri dan Presiden pertama Ormas Jong Madura ini.
Menurut pria yang akrab disapa Cak Firman ini, yang paling berbahaya dari organisasi teroris adalah tim infiltran, tim media sosia,l dan simpatisan.
"Tim infiltran bisa saja berseragam PNS, bahkan berseragam aparat keamanan, berteriak hidup NKRI sebagaimana kita, tapi sebetulnya mereka bagian organik dari kelompok teroris," duganya.
Kata Cak Firman, tim media sosial teroris adalah tim paling bahaya.
Sebab, para teroris itu akan mencuci otak masyarakat hingga banyak yang tidak percaya kepada pemerintah.
Sedangkan simpatisannya adalah masyarakat awam yang percaya kepada propagandis teroris terutama di media sosial.
"Sebetulnya simpatisan ini korban, namun satu digit lagi bisa menjadi bagian dari organisasi rahasia para penganut teologi maut anti kemajemukan itu, pungkas pendiri sekaligus Presiden Partai Rakyat Progresif pada tahun 1996 tersebut.