Berita Jawa Timur
Marak Aksi Terorisme di Indonesia, PWNU Jatim Ajak Masyarakat Perangi Tindakan dan Paham Radikalisme
Katib Syuriah PWNU Jatim menegaskan bahwa terorisme muncul dari pemahaman agama yang keliru.
Penulis: Syamsul Arifin | Editor: Ayu Mufidah Kartika Sari
Reporter ; Syamsul Arifin | Editor: Ayu Mufidah KS
TRIBUNMADURA.COM, SURABAYA - Katib Syuriah PWNU Jatim, Kiai Safruddin menegaskan bahwa terorisme bukan hanya dari kesalahan mempelajari agama Islam.
Menurut Kiai Safruddin, terorisme muncul dari pemahaman agama yang keliru.
"Saya ingin mengatakan bahwa teroris tidak hanya dari ajaran agama Islam, bahwa itu bisa timbul dari kesalahan mempelajari agama Hindu," ungkapnya, Minggu (4/4/2021).
"Misalnya di suku Hindu di India, kemudian juga di sana banyak yang menghancurkan masjid, suku Rohingya muslim dihancurkan oleh lingkungannya yang Buddha," sambung dia.
"Kemudian juga ada di Eropa penyimpangan dari ajaran Nasrani," tambahnya.
"Ini artinya kesalahan dalam mempelajari agama itu dapat menyebabkan orang menjadi teroris," lanjut dia.
"Walaupun tidak satu satunya. Maka kita minta bahwa ulama harus sering mengajarkan agamanya yang benar," tuturnya.
"Karena semua agama tidak mengajarkan kekerasan," tambah Kiai Safruddin.
Untuk itu, Kiai Safruddin mengajak seluruh pihak untuk bekerja sama dalam memerangi terorisme.
"Artinya kita harus kerja sama bila ada orang yang mencurigakan segera dilaporkan, karena paham ini dapat diakses melalui internet dan kita gak mungkin menghalangi," katanya.
"Kalau melihat orang yang sedang ke arah teroris itu harus segera kita tindak, yakni ke depannya tentu Densus 88 bisa bergerak dengan adil dan bijaksana," lanjut dia.
"Maksud saya kalau ada pondok yang tidak sesuai ajaran Islam tentu harus segera ditindak. Jadi imbauannya kita harus mengajarkan agama yang benar," imbau Kiai Safruddin.
Selain itu, dia juga berharap masyarakat Indonesia yang hendak belajar ilmu agama apapun agar bisa belajar dari guru yang tepat.
"Jadi alangkah baiknya kita mencari guru yang benar dan membantu pemerintah bagaimana supaya teroris ini tidak bisa menjadi pengantin, yakni ngebom sana sini," tutur dia.
"Kemungkinan laporan dari masyarakat ini dapat menyelamatkan Indonesia dari gerakan teroris. Serta kita harus menjelaskan kepada Densus 88 yang masuk ke pesantren, bahwa pesantren yang dimaksud itu seperti apa agar masyarakat tidak mencap jelek pada pesantren tersebut," pungkasnya.