Dijuluki Kampung Miliarder di Tuban, Teryata Tak Semua Warga Mujur, Nasib Pria ini Terkatung-Katung

Tak semua warga kampung miliarder bernasib mujur, pria ini justru nasibnya terkatung-katung usai lahan warga sekitar dijual

Penulis: Mohammad Sudarsono | Editor: Aqwamit Torik
Istimewa dan TribunMadura.com/Mohammad Sudarsono
(kiri) Deretan mobil milik warga kampung miliarder di Tuban yang dibeli tahun lalu dan (kanan) pria yang dulu buruh tani kini hidupnya terkatung-katung karena tak ada lahan 

TRIBUNMADURA.COM, TUBAN - Nasib mujur ternyata tak dialami oleh semua warga di Kampung Miliarder di Tuban.

Julukan Kampung Miliarder ini disematkan pasca warga yang ada di sana mendapatkan uang banyak dari jual lahan, hingga banyak dari mereka yang membeli barang mewah hingga mobil.

Lalu bagaimana dengan mereka warga yang tak mempunyai lahan tersebut?

Apakah ikut merasakan dampaknya?

Diketahui, sebagian warga mendapatkan uang tersebut setelah mendapat ganti rugi lahan pembebasan Pertamina Kilang minyak pertamina grass root refinery (GRR) sekitar setahun lalu. 

Kilang patungan Pertamina Rosneft asal Rusia yang berada di Desa Sumurgeneng, Wadung dan Kaliuntu, Kecamatan Jenu, sebagian besar mampu meningkatkan kesejahteraan bagi pemilik lahan. 

Baca juga: Dulu Viral Kampung Miliarder di Tuban, Dapat Rp 2,5 Miliar, Kini Bingung Bisa Kerja Dari Mana

Namun bagaimana dengan warga biasa yang tak memiliki lahan? Sebagaimana yang dialami Warsono (44), Dusun Tadahan, Desa Wadung. 

Warga setempat itu justru mendapat kenyataan sebaliknya, ia harus menelan kenyataan pahit lantaran tak bisa bertani karena tidak memiliki lahan. 

"Nganggur kini, tidak punya lahan," katanya ditemui di lahan persawahan kosong, Selasa (25/1/2022). 

Sebelum ada pembebasan lahan ia bekerja sebagai buruh tani, ikut orang yang mempunyai lahan sawah

Namun, pemilik lahan telah menjual tanahnya untuk Pertamina sehingga lahan yang telah dijual itu tidak lagi diperbolehkan untuk digarap. 

"Sudah tidak pernah bertani lagi, sekarang lahannya sudah tidak boleh digarap," ungkapnya. 

Pria dua anak itu menerangkan, setelah pembebasan lahan ia pernah bekerja untuk pembersihan lahan atau land clearing milik Pertamina Rosneft.

Pekerjaan dengan sistem kontrak itu pernah dijalaninya dua kali, pertama 9 bulan lalu berhenti kemudian dilanjutkan lagi kontrak 8 bulan. 

Setelah kontrak berakhir ia pun kembali menganggur. 

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved