Berita Madura

Cerita Kontes Sapi Sonok, Tradisi Petani Madura Tetap Eksis di Pamekasan, Beda dengan Karapan Sapi

Kontes Sapi Sonok ini, berbeda dengan lomba kerapan sapi yang menonjolkan adu kecepatan untuk sapi jantan.

Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Ficca Ayu
TribunMadura.com/Kuswanto Ferdian
Kontes Sapi Sonok di Pamekasan Madura. Kontes Sapi Sonok ini adalah kontes kecantikan untuk sepasang sapi Madura betina. 

TRIBUNMADURA.COM - Kontes Sapi Sonok merupakan kebudayaan yang sangat unik milik warga Kabupaten Pamekasan, Madura.

Tribunners yang belum tahu, Kontes Sapi Sonok ini adalah kontes kecantikan untuk sepasang sapi Madura betina.

Dalam perlombaan, biasanya sepasang sapi dirangkai atau diapit menggunakan pangonong.

Saat hendak berjalan, sepasang sapi akan berjalan serasa beriringan mengikuti instruksi pawang.

Baca juga: Harga Sapi Lokal dan Madrasin di Sampang Stabil, Kenaikan Harga Diprediksi H-7 Lebaran Kurban

Lalu pasangan sapi berjalan-jalan dengan langkah kaki yang anggun untuk menuju memasuki sebuah gapura.

Hingga saat ini Kontes Sapi Sonok yang merupakan warisan budaya tradisional di Pulau Garam itu masih tetap terlestarikan dengan baik.

Kontes Sapi Sonok ini, berbeda dengan lomba kerapan sapi yang menonjolkan adu kecepatan untuk sapi jantan.

Penilaian dalam ajang kontes sapi sonok lebih ditekankan pada keindahan dan keserasian kaki saat berjalan dan naik ke sebuah gapura.

Sonok merupakan singkatan dari ' Skona Nongkok ' yang berarti kakinya berpijak.

Dalam kontes sapi sonok, sepasang sapi betina berjalan di lintasan sekitar 15 sampai 20 meter dan tidak boleh menyentuh garis pembatas.

Sepasang sapi sonok diikat sebilah kayu melengkung yang disebut pangonong dan badan sapi juga diberi hiasan kain warna merah dan emas.

Bahkan kepala sapi juga diberi mahkota agar semakin terlihat cantik dan memesona.

Baca juga: Sejumlah Sapi di Sampang Alami Gejala seperti LSD, Pemkab Imbau Tidak Panik karena Tidak Seganas PMK

Sebelum masuk ke arena Kontes Sapi Sonok, pasangan sapi diarak mengelilingi lapangan terlebih dahulu yang diiringi musik saronen dan diikuti tiga penyinden.

Meski demikian, Wakil Bupati Pamekasan Rajae mengajak seluruh masyarakat Pamekasan untuk menjaga dan merawat budaya kontes Sapi Sonok sebagai warisan budaya leluhur yang harus tetap dilestarikan.

"Budaya sapi sonok merupakan budaya yang patut dilestarikan oleh kita semua. Jangan sampai punah," katanya kepada TribunMadura.com, Senin (18/11/2019).

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved