Bangga Madura

Mengenal Rasol di Bujuk Pangeran Plakaran Sampang, Sebagai Rasa Syukur Setelah Keinginan Dikabulkan

Rasol dilakukan di makam pangeran Cokronegoro atau lebih dikenal pangeran Plakaran saat nazar dari perorangan terpenuhi

Penulis: Hanggara Pratama | Editor: Samsul Arifin
TribunMadura.com/Hanggara Pratama
Sejumlah warga menempuh jarak sekitar 1 kilometer saat ingin melaksanakan rasol di bujuk Pangeran Plakaran, Selasa (20/6/2023). 

Laporan Wartawan TribunMadura.com, Hanggara Pratama

TRIHUNMADURA.COM, SAMPANG - Upaya manjaga sebuah tradisi yang telah membudaya di sosial masyarakat ditunjukkan oleh warga, Desa Plakaran, Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang, Madura, Selasa (20/6/2023).

Kondisi berkembangnya zaman seakan tak sepenuhnya digubris oleh warga setempat, terbukti untuk memenuhi hajat pribadi, warga harus berjalan hingga satu kilo meter untuk melaksanakan rasol ke makam tokoh terdahulu, alias bujuk.

Rasol dilakukan di makam pangeran Cokronegoro atau lebih dikenal pangeran Plakaran saat nazar dari perorangan terpenuhi, misalkan ketika saudaranya sedang sakit dan harapan untuk sembuh dari keluarga terkabulkan.

Dalam pelaksanaannya, warga yang datang tanpa adanya undangan seketika duduk mengelilingi makanan yang telah disiapkan oleh pemilik hajat di bujuk setempat.

Kemudian, sesepuh desa memimpin doa, setelah itu makanan dihidangkan kepada warga mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Baca juga: Mengenal Hoirur Rozikin, Anak Petani Garam di Sampang, Kegemaran Menulis Datang dari Rasa Gelisah

Informasi lengkap dan menarik lainnya Berita Madura hanya di GoogleNews TribunMadura.com

Uniknya, misalkan terdapat sisa makanan, tidak diperkenankan dibawa pulang oleh pemilik hajat, namun harus diberikan kepada warga yang datang.

Tokoh Pemuda Desa Pelakaran, Achmad Fauzi mengatakan bahwa keberadaan makam kuno (Bujuk) tersebut dipercaya oleh warga setempat sebagai makam Pangeran Plakaran.

"Pangeran Plakaran merupakan putra raja karena pernah datang pengurus pararaton Sumenep dan dia mengaku keturunan raja di Sumenep, untuk namanya saya kurang tahu," ujarnya.

Sementara, untuk kondisi bujuk selalu dijaga oleh salah satu warga setempat sehingga kebersihannya selalu dijaga.

"Dulunya pernah didatangi oleh orang-orang dinas tapi keperluannya saya tidak tahu," pungkasnya. 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved