Perempuan Madura

Imamatul Khair 'Wanita Terkas' Madura, Kuliah S2 di Amerika dengan Fulbright: Balibis Mole Ka Rabana

Imamatul Khair, perempuan Madura yang berhasil melanjutkan studi di Amerika Serikat. Iim menceritakan awal perjalanannya mengikuti seleksi Fulbright.

Penulis: Ficca Ayu | Editor: Ficca Ayu
Dok Pribadi Imamatul Khair
Imamatul Khair, perempuan Madura yang melanjutkan studi Pendidikan Pasca Sarjana di University of Massachusetts Amherst, Amerika Serikat. 

Balibis Mole Ka Rabana

Balibis mole ka rabana, pepatah Madura yang berarti burung belibis kembali ke sarangnya. Anggap saja diaspora Indonesia seperti burung belibis yang pergi bertandang ke berbagai kota di Amerika Serikat.

Di suatu waktu, burung belibis akan mencari tempat untuk saling berkumpul bersama kerabatnya yang lain. Sebagai orang Indonesia yang tinggal di Amerika Serikat, ada banyak bucket list yang ingin dilakukan Iim.

Salah satunya mengunjungi belibis lain untuk bertukar sapa dan cerita. Daerah bagian Arizona menjadi tujuannya. Arizona bukan satu-satunya daerah padang pasir di Amerika Serikat. Ia pergi ke Arizona bersama teman-teman Fulbrighter lainnya.

Tips dan Trik hingga Suka dan Duka

Imamatul Khair atau yang akrab disapai Iim, membawa bendera merah putih. Ia berhasil melanjutkan studi di Amerika Serikat dengan Fulbright.
Imamatul Khair atau yang akrab disapai Iim, membawa bendera merah putih. Ia berhasil melanjutkan studi di Amerika Serikat dengan Fulbright. (Dok Pribadi Imamatul Khair)

Kepada TribunMadura.com, Iim juga menceritakan suka dan dukanya berkuliah di luar negeri.

"Dukanya banyak. Kuliah di luar negeri mengasyikkan, melihat gedung-gedung bertingkat bersejarah pasti ada, ada excitement seperti itu, tapi tidak bisa berkumpul dengan keluarga, mencari alternatifnya dengan membentuk komunitas di sana," tuturnya.

Hal yang disukainya dengan universitas di Amerika yakni karena universitas di sana terbuka dengan partisipasi mahasiswa di mana sangat mengapresiasi dan memberikan ruang untuk berbicara. Ilmu pengetahuannya tidak hanya dari dosen dan profesor, namun juga dari mahasiswa.

Banyak sekali bantuan-bantuan kelas untuk meningkatkan kemampuan dari mahasiswa ketika di Amerika.

Namun, menurutnya secara lingkungan sosial tidak seaktif di Indonesia. Kurangnya yakni dalam hal bersosialisasi.

Baca juga: 5000 Santri Pamekasan Dapat Beasiswa Pendidikan, Bupati Pamekasan Klaim Lebih dari Target

Tempat Tinggal dan Makanan Khas di Madura

Iim tinggal di Sumenep, Desa Manding, sekira 8-10 km ke Sumenep, di mana tempat tinggalnya ini dikelilingi sawah-sawah.

Kebanyakan profesi warga Sumenep di sana adalah guru dan pedagang.

Tempat wisata di sana yakni Pantai Selopeng yang perjalanan ke sana sekira 30 menit, di mana ramai sekali ketika Hari Raya Ketupat.

Makanan khasnya antara lain keripik singkong, soto Madura, dan rujak.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved