Berita Madura

Digadang Jadi Transmisi Percepatan Ekonomi Madura, Jembatan Suramadu Malah Diselimuti Tragedi Miris

Sejak dibangun pada pertengahan 2009 silam, Jembatan Suramadu digadang sebagai salah satu trigger atau pelecut perekonomian Madura.

Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Aqwamit Torik
TribunMadura.com/Ahmad Faisol
Personil gabungan Ditpolair Polda Jatim, Basarnas, dan Satpolair Polres Bangkalan terus melakukan pencarian tubuh pria berinisial TN (29), warga Desa Janteh, Kecamatan Kwanyar yang menceburkan diri ke laut dari atas Jembatan Suramadu pada Rabu (21/6/2023) 

TRIBUNMADURA.COM, BANGKALAN – Rentetan peristiwa bunuh diri dengan menceburkan diri ke laut dari atas Jembatan Suramadu mulai menuai keprihatinan.

Kasus terbaru pria berinisial TN (29), warga Desa Janteh, Kecamatan Kwanyar, Bangkalan, Rabu (21/6/2023) seolah semakin mempertegas bahwa jembatan senilai Rp 4,5 triliun itu kini menjelma sebagai ‘icon’ bunuh diri Indonesia.

Sejak dibangun pada pertengahan 2009 silam, Jembatan Suramadu digadang sebagai salah satu trigger atau pelecut perekonomian Madura.

Segudang program percepatan pembangunan ekonomi digelorakan pemerintah pusat.

Namun apa lacur, korban bunuh diri setiap tahunnya terus bertambah.

Baca juga: Pesan Terakhir Pria Melompat di Jembatan Suramadu pada Istri, Mendadak Berhenti, Jaga Anak

Artikel menarik lainnya selengkapnya di GoogleNews TribunMadura.com

TN yang kala itu berboncengan dengan isterinya, ML (28), tiba-tiba menghentikan laju motornya dan terjun bebas dari pagar pembatas di bentang Jembatan Suramadu.

Sebelum menceburkan diri ke laut, TN berpesan kepada isterinya, ‘Tolong Jaga Anak-anak’.

Pencarian tubuh TN oleh personil Ditpolair Polda Jatim, Basarnas, dan Satpolair Polres Bangkalan kembali dilakukan sejak pukul 06.00 WIB, Kamis (22/6/2023). Namun hingga menjelang petang, penyisiran belum membuahkan hasil.

Keprihatinan atas rentetan peristiwa bunuh diri itu diungkapkan Malikul Amin (36), warga Kabupaten Bangkalan.

Pasalnya, peristiwa bunuh diri dengan melompat dari atas jembatan penghubung Pulau Jawa dan Madura itu bukan kejadian pertama, bahkan terjadi berulang-ulang setiap tahun.   

“Saya sebagai warga masyarakat Madura sangat teramat prihatin. Kita ketahui bersama bahwa Jembatan Suramadu merupakan satu icon kebanggaan Indonesia, khususnya Jawa Timur yang digadang-gadang salah satu trigger percepatan ekonomi Madura,” ungkap Malikul kepada Tribun Madura.

Seperti diketahui, Program Percepatan Pembangunan Ekonomi di Pulau Madura menjadi perhatian serius Pemkab Bangkalan seiring diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 80 Tahun 2019.

Pengembangan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten Bangkalan pun menetapkan akses Suramadu sebagai kawasan strategis ekonomi kabupaten.

Bahkan, Badan Pengembangan Infrastruktur Wilayah (BPIW) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menetapkan Kabupaten Bangkalan sebagai Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) 13 bersama Malang dan Surabaya.

Namun sekedar untuk mempersempit disparitas ekonomi antara Kabupaten Bangkalan dan Surabaya saja,  hingga saat ini belum juga terwujud.

Jembatan Suramadu hanya dirasakan sebagai percepatan lalu lintas penyeberangan semata.

Malikul menjelaskan, masyarakat terutama para pelintas tentu saja tidak ingin jembatan sepanjang 5,4 KM dengan biaya pembangunan sebesar Rp 4,5 triliun itu menjelma sebagai jembatan yang mencekam karena maraknya kasus bunuh diri.

“Jangan sampai Jembatan Suramadu menjadi icon bunuh diri Indonesia karena setiap tahun jadi langganan favorit tempat orang bunuh diri. Mudah-mudahan pemerintah pusat atau pihak-pihak terkait merespon rentetan peristiwa bunuh diri di Jembatan Suramadu,” tegas Malikul.  

Ia berharap, pemerintah pusat memberi atensi serius terkait rentetan kasus bunuh diri di Jembatan Suramadu.

Semisal dengan meninggikan pagar pembatas di jalur sepeda motor, atau menambah jaring di bawah jembatan sehingga mempersulit pemotor meloncat bunuh diri dari atas jembatan.

Keprihatinan atas kondisi itu juga pernah dilontarkan Anggota Komisi V DPR RI Dapil Jatim XI Madura, H Syafiuddin pada awal Juli 2022. Ia menyikapi peristiwa bunuh diri pria mengenakan jaket ojek online dari atas Jembatan Suramadu pada 4 Juli 2022.

Baca juga: Jose Mourinho Tuntut Kedalaman Skuad yang Bagus, Dua Pemain Terimbas Penghematan Anggaran AS Roma

Baca juga: Kepala Dusun Pergoki Istrinya Berduaan di Kamar Mandi dengan Tetangga, Sempat Curiga Chat Korban

Kasus serupa sebelumnya terjadi pada 8 Juni 2022 ketika seorang bernama seorang warga asal Kabupaten Sampang melakukan aksi bunuh diri. Ia meninggalkan motor dan sepucuk surat.

 Ditambah kasus serupa seorang anggota TNI asal Bangkalan juga mengakhiri hidupnya dengan cara meloncat dari atas Jembatan Suramadu.

Kritikan pedas berbalut keprihatinan dilontarkan H Syafiuddin kepada Kementerian PUPR melalui Dirjen Bina Marga dan Balai Besar Pelaksana Jalan Nasional (BP2JN) yang ada di Jawa Timur.

Bahkan dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Dirjen Perhubungan Laut, Dirut PT Pelindo, dan Dirut PT Pelni, Senin (4/7/2022), H Syafiuddin menagih keseriusan Perpres 80 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Ekonomi di Pulau Madura.

“Soal keamanan Jembatan Suramadu, tentunya harus ada sinergitas dengan aparat penegak hukum, lebih banyak gelaran patroli atau mungkin bisa dibuat tim keamanan internal dari pihak PUPR,” tegas H Syafiuddin kala itu. 

Kontak bantuan

Bunuh diri bisa terjadi di saat seseorang mengalami depresi dan tak ada orang yang membantu.

Jika Anda memiliki permasalahan yang sama, jangan menyerah dan memutuskan mengakhiri hidup. Anda tidak sendiri.

Layanan konseling bisa menjadi pilihan Anda untuk meringankan keresahan yang ada. Untuk mendapatkan layanan kesehatan jiwa atau untuk mendapatkan berbagai alternatif layanan konseling, Anda bisa simak website Into the Light Indonesia di bawah ini:

https://www.intothelightid.org/tentang-bunuh-diri/hotline-dan-konseling/

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved